Senin, 10 Mei 2004 09:05:32 WIB
Kategori : Kitab : Tauhid
Kaum musyrikin dahulu mengetahui bahwa ucapan Laa Ilaaha Illallah mengharuskannya untuk berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, menafsirkan kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah ini dengan : "Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah". Padahal apabila seorang muslim mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan dia beribadah kepada selain Allah disamping beribadah kepada Allah, maka dia dan orang-orang musyrik adalah sama secara aqidah, meskipun secara lahiriah adalah Islam, karena dia mengucapkan lafazh Laa Ilaaha Illallah, sehingga dengan ungkapan ini dia adalah seorang muslim secara lafazh dan secara lahir.
Sabtu, 8 Mei 2004 07:55:37 WIB
Kategori : Kitab : Hari Kiamat (2)
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan keluar api dari Hadramaut atau laut Hadramaut sebelum hari Kiamat yang akan menggiring manusia.’” .Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa ‘Abdullah bin Salam ketika masuk Islam bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang beberapa masalah, di antaranya: “Apakah tanda pertama datangnya Kiamat?” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Adapun tanda Kiamat yang pertama adalah api yang mengumpulkan manusia dari timur ke barat.” Cara menggabungkan antara riwayat yang menjelaskan bahwa api ini adalah tanda besar Kiamat yang terakhir dan riwayat yang menjelaskan bahwa ia adalah tanda Kiamat yang paling pertama ialah bahwa dikatakan terakhir dilihat dari tanda-tanda lain yang disebutkan bersamanya di dalam hadits Hudzaifah, dan dikatakan yang pertama karena ia adalah tanda Kiamat pertama mengingat tidak ada lagi kehidupan dunia setelahnya, bahkan dengan berakhir-nya tanda Kiamat ini terjadilah peniupan sangkakala, berbeda dengan tanda-tanda Kiamat lainnya yang disebutkan dalam hadits Hudzaifah, di mana setelah tanda-tanda Kiamat tersebut masih ada urusan dunia. Adapun riwayat yang menjelaskan bahwa api tersebut keluar dari Yaman, dan di dalam sebagian riwayat lain api tersebut menggiring manusia dari timur ke barat.
Sabtu, 8 Mei 2004 07:47:41 WIB
Kategori : Kitab : Hari Kiamat (2)
Pada akhir zaman manusia digiring ke Syam, yaitu tempat berkumpulnya manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadits shahih, di antaranya: Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma ketika menjelaskan keluarnya api, di dalamnya diungkapkan: beliau berkata, kami bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Hendaklah kalian berkumpul di Syam.” Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Hakim bin Mu’awiyah al-Bahzi, dari ayahnya… (lalu beliau menuturkan hadits, dan di dalamnya ada sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:). “Di tempat inilah kalian akan dikumpulkan, di tempat inilah kalian akan dikumpulkan, di tempat inilah kalian akan dikumpulkan (sebanyak tiga kali); dengan berkendaraan, berjalan dan dengan diseret di atas wajah-wajah kalian.” Ibnu Abi Bakir rahimahullah berkata, “Lalu beliau memberikan isyarat ke arah Syam, kemudian berkata, ‘Kesinilah kalian akan dikumpulkan.’” .Dijelaskan dalam riwayat at-Tirmidzi, dari Bahz bin Hakim dari ayahnya, dari kakeknya, beliau berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kemanakah engkau akan memerintahkanku?’ Beliau menjawab, ‘Ke sana,’ (beliau memberikan isyarat ke arah Syam).”
Sabtu, 8 Mei 2004 07:32:58 WIB
Kategori : Dakwah : Syubhat
Pengertian al-wasath dalam agama adalah seseorang tidak boleh berlaku ghuluw (berlebih-lebihan) di dalamnya sehingga melampaui batasan yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak pula taqshir, teledor di dalamnya sehingga mengurangi batasan yang telah ditentukan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Al-wasath di dalam agama artinya berpegang teguh dengan sirah (perjalanan hidup) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ghuluw artinya melampaui batasannya sedangkan taqshir artinya tidak mencapainya (teledor). Sebagai contoh untuk hal tersebut, ada seorang laki-laki yang berkata, Aku ingin melakukan shalat malam dan tidak akan tidur sepanjang tahun karena shalat merupakan ibadah yang paling utama dan aku ingin menghidupkan seluruh malam dengan shalat. Maka kita katakan, bahwa ini adalah sikap seorang yang berbuat ghuluw di dalam agama dan ini tidak benar.
Sabtu, 8 Mei 2004 07:18:28 WIB
Kategori : Wanita : Muslimah
Urgensi penutup wajah wanita. Apakah ini memang kewajiban yang diwajibkan dalam agama Islam ? Jika memang begitu, apa dalilnya ? Saya mendengar dari banyak sumber dan saya beranggapan bahwa penutup wajah itu telah umum digunakan di Jazirah Arab pada masa Turki, sejak saat itu ditegaskan penggunaannya sehingga semua orang menganggap bahwa itu diwajibkan kepada setiap wanita. Sebagaimana yang saya baca, bahwa pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan masa para sahabat, kaum wanita menyertai kaum laki-laki dalam berbagai pekerjaan, di antaranya membantu dalam peperangan. Apakah ini memang benar atau keliru dan tidak berdasar ?
Jumat, 7 Mei 2004 08:33:43 WIB
Kategori : Fiqih : Sumpah
Bersumpah atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam atau nama makhluk selain beliau merupakan suatu kemungkaran besar dan termasuk hal yang diharamkan dan bernuansa syirik, sehingga tidak boleh bagi seorangpun bersumpah kecuali atas nama Allah semata. Al-Imam Ibnu Abdil Barr Rahimahullah meriwayatkan adanya ijma' tentang tidak bolehnya bersumpah atas nama selain Allah. Demikian pula, telah terdapat hadits-hadits yang shahih berasal dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang melarang hal itu dan mengkatagorikannya sebagai kesyirikan sebagaimana terdapat dalam kitab Ash-Shahihain dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda. "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla melarang kalian bersumpah atas nama nenek moyang kalian ; barangsiapa ingin bersumpah, maka hendaknya bersumpahlah atas nama Allah atau lebih baik diam"
First Prev 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 Next Last
