Kategori Al-Qur'an : Ilmu
Rabu, 13 April 2011 15:22:30 WIB
Ketika ada seorang berbicara dalam bahasa Arab : بعين (bi’aini, dengan huruf ba’), tidak seorangpun yang memahami bahwa Fulan berjalan di dalam matanya. Tetapi yang dipahaminya ialah Fulan berjalan di bawah pengawasan (mata)nya. Begitu pula ketika ada seseorang yang berbicara dalam bahasa Arab : عل عين (‘ala ‘aini, dengan ‘ala), juga tidak ada seorangpun yang memahami bahwa Fulan telah lulus dalam keadaan ia naik di atas mata orang yang berbicara. Tetapi yang dipahaminya ialah bahwa Fulan telah lulus si bawah pengawasan (mata)nya. Jika ada orang yang nekad bahwa pemahamannya terhadap dhahir suatu perkataan adalah seperti pemahaman di atas, maka tentu akan ditertawakan oleh orang-orang bodoh sekalipun. Apalagi oleh orang-orang yang berakal. Bahwa pemahaman terhadap dhahirnya ayat dengan pemahaman seperti di atas, adalah sangat mustahil. Tidak mungkin orang yang betul-betul memahami Allah dan mengerti ke Maha Luhuran Allah, mempunyai pemahaman demikian, sebab Allahg Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atas Arsy, berada tinggi di atas segenap makhluk-Nya. Tidak ada sesuatupun di antara makhluk-Nya yang menempel pada Allah dan tidak pula Allah menempati sesuatupun di antara makhluk-Nya. Maha Suci Allah dari semuanya itu.
Rabu, 7 April 2010 16:00:41 WIB
Termasuk beriman kepada Allah dan kepada kitab-kitab Allah ialah, beriman bahwa al-Qur`an Kalam Allah yang diturunkan dan bukan makhluk. Dari Allah al-Qur`an bermula dan kepada-Nya ia akan kembali. Dan sesungguhnya, Allah berbicara dengan al-Qur`an ini secara hakiki. Sesungguhnya al-Qur`an yang telah Allah turunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ini adalah perkataan Allah yang sebenarnya, bukan perkataan selain-Nya. Tidak boleh melepaskan kata-kata bahwa al-Qur`an adalah hikayat dari kalam Allah atau ungkapan tentang kalam Allah. Bahkan apabila manusia membacanya atau menuliskannya dalam mushaf-mushaf, al-Qur`an tetap tidak keluar dengan demikian dari keadaannya sebagai kalam Allah yang sebenarnya. Sesungguhnya suatu perkataan hanya akan disandarkan secara hakiki kepada yang sejak semula mengatakannya, dan tidak disandarkan kepada orang yang mengatakannya sebagai penyampai. Al-Qur`an adalah kalam Allah; baik huruf-hurufnya maupun makna-maknanya. Kalam Allah bukan hanya huruf-huruf saja tanpa makna, dan bukan pula makna-makna saja tanpu huru
Senin, 6 Agustus 2007 22:32:30 WIB
Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu pada tahun dua puluh lima Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Qur’an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya berpecah belah. Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu ‘anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al-Qur’an, dia katakan : “Wahai Amirul Mukminin, selamtakanlah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani!”
Minggu, 5 Agustus 2007 13:06:24 WIB
Kebanyakan ayat-ayat Makiyyah memakai konteks kalimat tegas dan lugas karena kebanyakan obyek yang didakwahi menolak dan berpaling, maka hanya cocok mempergunakan konteks kalimat yang tegas. Baca surat Al-Muddatstsir dan surat Al-Qamar. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan mempergunakan konteks kalimat yang lunak karena kebanyakan obyek yang didakwahi menerima dan taat. Baca surat Al-Maa’idah. Kebanyakan ayat-ayat Makkiyah adalah ayat-ayat pendek dan argumentatif, karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari, sehingga konteks ayatpun mengikuti kondisi yang berlaku. Baca surat Ath-Thuur. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan adalah ayat-ayat pendek, penjelasan tentang hukum-hukum dan tidak argumentatif, karena disesuaikan dengan kondisi obyek yang didakwahi. Baca ayat tentang hutang-piutang dalam surat Al-Baqarah.
Sabtu, 4 Agustus 2007 15:49:28 WIB
Israiliyyat adalah : berita-berita yang dinukil dari Bani Israil, kebanyakan dari Yahudi atau dari Nasrani. Ini terbagi menjadi tiga macam, misalnya, Israiliyyat yang diakui dan dibenarkan oleh Islam, maka hal itu benar. Contohnya : Riwayat Bukhari dan selainnya dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Datang salah seorang Habr kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan : “Wahai Muhammad, sesungguhnya kami mendapati (dalam Kitab kami) bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan langit-langit pada satu jari, bumi-bumi di satu jari, pohon-pohon di satu jari, air dan hasil bumi di satu jari, dan seluruh makhluk di satu jari, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Akulah Raja”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya karena membenarkan perkataan sang Habr.
Sabtu, 2 September 2006 08:13:41 WIB
Mutasyabih yang terdapat dalam Al-Qur’an ada dua macam, yang pertama ; Hakiki, yaitu apa yang tidak dapat diketahui dengan nalar manusia, seperti hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walau kita mengetahui makna dari sifat-sifat tersebut, namun kita tidak pernah tahu hakikat dan bentuknya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui” . Oleh karena itu ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy”, Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam ? Beliau menjawab : “Bersemayam menurut bahasa telah diketahui artinya, hakikatnya tidak diketahui, iman kepadanya hukumnya wajib dan mempertanyakannya adalah bid’ah”
First Prev 1 2 3 4 Next Last