Kategori Dakwah : Perpecahan !

Sikap Seorang Muslim Terhadap Perselisihan

Rabu, 22 Agustus 2012 23:22:28 WIB

Perselisihan di kalangan umat Islam ini dari satu sisi menyerupai perselisihan antara kaum Mukminin dengan orang-orang kafir, karena perselisihan antara Ahlus Sunnah dengan semua ahli bid’ah adalah perselisihan tadhad (kontradiksi). Ahlus Sunnah di tengah-tengah ahli bid’ah adalah seperti umat Islam di tengah-tengah orang-orang kafir. Meski jumlah mereka sedikit, namun kebenaran selalu berada di pihak Ahlus Sunnah, yaitu orang-orang yang berpegang dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Sedangkan ahli bid’ah tetap dalam penyimpangan mereka. Penyimpangan mereka bervariasi, semakin jauh dari Sunnah, maka kesesatan mereka juga semakin besar. Semakin dekat kepada Sunnah, kesesatan mereka semakin sedikit. Perselisihan di antara umat Islam ini benar-benar terjadi, bahkan telah dijelaskan oleh al-Qur’ân dan as-Sunnah. Karena Allâh Azza wa Jalla telah memberitakan bahwa umat-umat zaman dahulu telah berpecah-belah, sebagaimana firman-Nya : Dan mereka (ahli Kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka". Sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa sebagian umat ini pasti akan mengikuti perilaku umat-umat zaman dahulu, termasuk perbuatan mereka yang berselisih dan berpecah belah.

Menggalang Solidaritas Dan Ukhuwah Sejati

Senin, 21 Maret 2011 22:21:44 WIB

Menurut Islam, bangunan persaudaraan dan solidaritas hanya bisa ditegakkan di atas aqidah dan manhaj yang shahih; karena persaudaraan dan solidaritas tanpa adanya landasan yang jelas dan kokoh yang mampu menyatukan berbagai kepentingan, ambisi dan keinginan merupakan suatu yang mustahil. Maka memperjelas landasan dan manhaj persaudaraan itu lebih penting daripada persaudaraan itu sendiri, kecuali yang dikehendaki dari persaudaraan tersebut hanya bersatu secara jasad dan kosong dari nilai ketakwaan, keimanan dan moralitas agama. Oleh karena itu, para rasul dan khususnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam terlebih dahulu diperintahkan untuk menegakkan agama dan jangan bepecah-belah dalam menerima kebenaran, sebagaimana firman Allah, yang artinya: Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Yaitu, tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentanggnya. (QS Asy Syura:13). Dengan melandaskan persaudaraan dan solidaritas di atas aqidah yang shahih, dengan mudah kita bisa menghancurkan dan meluluhkan segala bentuk kebatilan. Sedangkan persaudaraan yang tidak dibangun di atas aqidah shahihah, akan menyebabkan umat Islam hanya menjadi bulan-bulanan umat lain dan mangsa kaum kuffar.

Mencintai Saudara Seiman Termasuk Kesempurnaan Iman

Selasa, 8 Maret 2011 15:12:20 WIB

Kewajiban seseorang untuk mencintai buat saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya. Karena penafian (kesempurnaan) iman dari orang yang tidak mencintai buat saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya (dalam hadits) menunjukkan bahwa hal tersebut wajib. Sebab tidak dinafikan iman, kecuali karena hilangnya kewajiban iman, atau adanya hal yang bertentangan dengannya. Peringatan dari sikap hasad (iri, dengki), karena orang yang hasad tidak mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya; bahkan ia mengharapkan agar nikmat Allah hilang dari saudaranya seislam. Para ulama berselisih dalam tafsir hasad. Sebagian mendefinisikan hasad, adalah mengharap hilangnya nikmat dari orang lain. Sebagian ulama yang lain menyatakan, hasad adalah rasa tidak suka terhadap nikmat Allah atas orang lain. Inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan,“Jika seorang hamba membenci nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, berarti ia telah hasad kepadanya, walaupun ia tidak mengharapkan hilangnya nikmat tersebut.”. . Hendaklah menyampaikan perkataan yang berisi ajakan beramal, karena itu termasuk kefasihan. Yang menjadi dalil dari hadits adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : لأَخِيْه karena hal ini menunjukkan lemah-lembut, kasih dan sayang

Kiat Menghindari Perpecahan

Sabtu, 29 Januari 2011 23:12:10 WIB

Jadi, ikhtilaf merupakan suratan takdir yang Allah kehendaki, tetapi Allah tidak meridhainya. Jika ada yang bertanya, ’bagaimana mungkin dua perkara dapat bersatu, yakni kehendak Allah dan kebencian-Nya?’ Maka jawabnya ialah, kehendak itu ada dua macam. Yaitu kehendak untuk diri sendiri dan kehendak untuk orang lain. Adapun kehendak untuk diri sendiri, sudah pasti disukai dan disenangi, karena di dalamnya pasti terdapat kebaikan. Sedangkan kehendak untuk orang lain, adakalanya memang ia menghendakinya, namun ia tidak mendapat keuntungan apapun darinya. Hanya sebagai wasilah untuk mendapat sesuatu yang dikehendaki dan diinginkan, meskipun sebenarnya tidak disukai. Sebagai contoh, obat yang pahit sekali tentu sangat tidak disukai. Apabila diketahui, bahwa hanya dengan meminumnya kesembuhan baru dapat diperoleh, maka ia harus meminumnya. Contoh lainnya, seorang yang harus menempuh perjalanan yang berat dan sulit, namun bila diketahui bahwa hanya bisa sampai ke tempat tujuan dengan menempuhnya, maka ia harus menempuhnya. Oleh sebab itu, tidak dibenarkan menutupi perselisihan atau menyembunyikannya, berlindung dibalik perselisihan atau menjadikannya sebagai tameng. Sebab kebenaran pasti akan tampak, meski bagaimanapun usaha untuk mencegahnya. Dan juga, mengenal letak-letak kesalahan merupakan kewajiban setiap muslim. Agar mengtahui kedudukan mereka. Sehingga tidak menghadapi masalah yang sama berulang kali.

Meniti Iman Menggapai Persaudaraan

Selasa, 11 Januari 2011 22:58:06 WIB

Banyak orang memandang persaudaraan identik dengan kumpulnya tubuh dalam satu organisasi atau kelompok. Hal ini jelas keliru, sebab sebenarnya dasar persaudaraan iman adalah kesatuan hati kaum Muslimin, bukan berkumpulnya tubuh mereka. Hal ini dapat dilihat pada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam al-Qur`an yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan persaudaraan kaum Muslimin dengan kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ) tidak dengan kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَكُمْ). Dengan demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala melihat persatuan hati menjadi sebab persaudaraan iman dan bukan kepada persatuan tubuh. Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimîn rahimahullah menjelaskan hal ini dengan menyatakan: "Persatuan hati adalah poros ukhuwah imaniyah (persaudaraan iman) bukan persatuan tubuh. Berapa banyak umat yang berkumpul tubuhnya namun hati mereka berpecah belah, sebagaimana firman Allah l tentang orang Yahudi: "Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah". Tidak ada faedah berkumpulnya tubuh dengan hati yang berpecah belah. Faedah bersatunya hati adalah berkumpulnya hati, walaupun tubuhnya saling berjauhan. Berapa banyak orang yang memiliki hubungan cinta dan persahabatan denganmu namun ia jauh darimu. Dan berapa banyak juga orang yang sebaliknya. Kamu merasa ia bermuka dua dan di antara kamu dengannya tidak ada cinta dan persahabatan. Padahal ia berdampingan denganmu seperti benda dengan bayangannya. Jadi yang penting adalah hati

Bersatu Dengan Ilmu Syar'i

Senin, 29 Nopember 2010 23:45:18 WIB

Banyak orang yang berbicara mengenai jalan mewujudkan persatuan. Masing-masing mengajukan konsep. Dan semuanya sangat menginginkan persatuan. Namun bagaimana metode yang benar dalam mewujudkannya? Banyak orang sangat menginginkan persatuan, tetapi belum berpegang teguh kepada yang haq. Dari sinilah mulai muncul kesalahan dan menimbulkan keretakan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Ketika manusia meninggalkan sesuatu yang diperintahkan –maka- pasti akan terjadi permusuhan diantara mereka. Jika satu kaum sudah berpecah-belah, maka mereka akan berantakan dan binasa. Jika bersatu-padu, maka mereka akan baik dan berkuasa. Sesungguhnya berjama’ah (bersatu) itu merupakan rahmat dan perpecahan itu sebagai adzab.” Perkataan ini diambil dari firman Allah :"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".

First  Prev  1  2  3  4  5  6  Next  Last

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin