Kategori Dakwah : Perpecahan !
Sabtu, 17 Desember 2005 07:26:41 WIB
Aku menggangap paling paham dengan salafi dan penyebaran dakwah salafiyyah, namun aku tidak melihat adanya perpecahan dikalangan mereka, sebaliknya malah aku melihat mereka saling mencintai, mengasihi, saling bertukar fikiran, bantu-membantu. Sebenarnya terdapat sekelompok orang yang tidak ada memiliki rasa takut kepada Allah yang berupaya untuk memecah-belah para ulama salaf dengan menyebarkan berita-berita bohong dan mengarang kejadian-kejadian fiktif yang sebenarnya tidak ada, membesar-besarkan kesalahan ; sibuk dengan qila wa qola dan mengadu domba. Wajib bagi para da'i dan ulama salaf waspada terhadap kelompok-kelompok pembuat makar dan keji ini, yang mengingatkan aku tentang pemikiran yang dibawa Al-Haddadi sejak sepuluh tahun yang lalu.
Senin, 26 September 2005 09:30:36 WIB
Memang benar apa yang disebutkan dalam pertanyaan ini, para pemuda tidak berpulang kepada ulama yang dipercaya ilmu dan agamanya ; merupakan satu sebab mereka jauh dari manhaj As-Salaf. Dan saya katakan : “Yang dipercaya ilmu dan agamanya”, sebab tidak setiap alim dapat dipercaya ilmu dan agamanya, Namun alim yang dipercaya ilmu agamanya-lah yang seharusnya dikelilingi oleh para pemuda. Saya tidak mengatakan bahwa mereka harus menerima setiap apa yang dikatakannya, karena ia bisa saja salah dan benar, akan tetapi jika seseorang memiliki seorang alim yang menjadi qudwah yang dapat diteladani dan ia mengetahui pemikiran dan ijtihad, serta menyimpulkan hukum dari dalil-dallnya, maka ini tentu yang paling baik dan tepat bagi para pemuda. Adapun tentang sedikitnya ulama, memang benar bahwa para ulama –tidak diragukan lagi- sangatlah sedikit.
Rabu, 20 Juli 2005 13:16:39 WIB
Sudah barang tentu, mewaspadai perpecahan dan mencegahnya sebelum terjadi lebih baik daripada menyelesaikannya setelah terjadi. Seyogyanya kita mengetahui bahwa mewaspadai perpecahan adalah dengan mewaspadai sebab-sebab yang telah kami sebutkan terdahulu. Namun di sini terdapat beberapa faktor lain yang dapat menangkal terjadinya perpecahan, baik faktor yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Di antara faktor-faktor umum ialah berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hal ini merupakan kaidah agung yang melahirkan wasiat-wasiat serta banyak perkara lainnya. Dan perkara yang terakhir dari kaidah besar itulah yang merupakan faktor khusus, yaitu : Mengenal petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengannya. Serta menerapkan pedoman Salafus Shalih , para sahabat, tabi'in dan imam-imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Selasa, 21 Desember 2004 07:11:46 WIB
Pengertian yang benar tentang tajdid adalah menghidupkan kembali ajaran agama, baik dalam ruang lingkup aqidah, amalan ataupun menghidupkan kembali sunnah-sunnah nabi yang terhapus, menghentikan perbuatan-perbuatan bid'ah dan perkara-perkara baru, sebagaimana yang dilakukan oleh para mujaddid dari kalangan imam-imam agama sepanjang sejarah kaum muslimin hingga hari ini. Merekalah yang memperbaharui kembali amalan-amalan sunnah dan petunjuk-petujuk Salafus Shalih dalam bidang ilmu dan amal. Seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Imam Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan lain-lain.
Kamis, 16 September 2004 21:58:33 WIB
Ekstrim dan berlebih-lebihan dalam melaksanakan agama adalah faktor terbesar mencuatnya perpecahan. Yang dimaksud berlebih-lebihan di sini adalah mempersulit diri sendiri dan orang lain dalam melaksanakan hukum-hukum syari'at, atau dalam bersikap terhadap orang lain atau bermua'amalah tanpa mengindahkan etika-etika syariat dan kaidah-kaidah agama. Karena sesunguhnya Islam tegak di atas pelaksanaan hukum-hukum Islam secara menyeluruh dengan memperhatikan sisi kemudahan dan menolak kesulitan, memberikan keluasaan, mengambil dispensasi secara proposional, berbaik sangka kepada orang lain, ramah, pema'af dan halus dalam memberi peringatan.
Rabu, 21 Juli 2004 07:18:16 WIB
Di antara sebab-sebab perpecahan adalah asumsi yang berkembang bahwa mengikuti para imam-imam yang berada di atas hidayah dan ilmu sebagai sikap taqlid (membebek) yang dilarang. Kerancuan seperti ini sering kita dengar dari sebagian orang yang sok tahu. Mereka berkata : "Mengikuti syaikh-syaikh adalah taqlid". Sementara taqlid tidak dibolehkan dalam agama, mereka manusia dan kita juga manusia, kita berijtihad sebagaimana mereka berijtihad, kita memiliki sarana berupa buku-buku, zaman sekarang sarana ilmu tersedia lengkap, mengapa kita harus mengambil ilmu dari ulama ? Bahkan mengambil ilmu dari ulama termasuk taqlid, sementara taqlid itu sendiri adalah batil!
First Prev 1 2 3 4 5 6 Next Last