Rabu, 3 Nopember 2010 22:43:42 WIB
Kategori : Bahasan : Manhaj
Secara bahasa, 'aqidah berasal dari kata al ‘aqdu. Artinya: mengikat, memutuskan, menguatkan, mengokohkan, keyakinan, dan kepastian. Adapun secara istilah, 'aqidah memiliki makna umum dan khusus. Makna 'aqidah secara umum adalah, keyakinan kuat yang tidak ada keraguan bagi orang yang meyakininya, baik keyakinan itu haq ataupun batil. Sedangkan 'aqidah dengan makna khusus adalah, 'aqidah Islam, yaitu: pokok-pokok agama dan hukum-hukum yang pasti, yang berupa keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk, serta perkara lainnya yang diberitakan oleh Allah di dalam al Qur`an dan oleh Rasul-Nya di dalam hadits-hadits yang shahih. Termasuk 'aqidah Islam, yaitu kewajiban-kewajiban agama dan hukum-hukumnya yang pasti. Semuanya itu wajib diyakini dengan tanpa keraguan. Secara bahasa, syari'at berasal dari kata asy-syar'u. Yang memiliki arti: membuat jalan, penjelasan, tempat yang didatangi, dan jalan. Adapun secara istilah, syari'at memiliki makna umum dan khusus. Makna syari'at secara umum ialah, agama yang telah dibuat oleh Allah, mencakup 'aqidah (keyakinan) dan hukum-hukumnya.
Selasa, 2 Nopember 2010 03:32:13 WIB
Kategori : Al-Qur'an : Tafsir
Senada dengan keterangan sebelumnya, Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hambaNya dengan bencana-bencana. Agar menjadi jelas siapa (di antara) hamba itu yang sejati dan pendusta, yang sabar dan yang berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas para hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum Mukminin, tidak ada bencana (yang menimpa mereka), niscaya terjadi percampuran, tidak ada pemisah (dengan orang-orang tidak baik). Kejadian ini merupakan kerusakan tersendiri. Sifat hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala (ini) menggariskan adanya pemisah antara orang-orang baik dengan orang-orang yang jelek. Inilah fungsi musibah”. Makna dari "dengan sedikit ketakutan dan kelaparan," yaitu takut kepada para musuh dan kelaparan yang ringan. Sebab bila diuji dengan rasa takut yang memuncak atau kelaparan yang sangat, niscaya mereka akan binasa. Karena, hakikat ujian adalah untuk menyeleksi, bukan membinasakan. Sedangkan musibah berupa "kekurangan harta," mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut, hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.
Senin, 1 Nopember 2010 16:21:40 WIB
Kategori : Fokus : Waqiuna
Mari kita renungi dari sini, betapa besar Dzat yang memegang bumi ini, sehingga dia menetap dan tidak bergoncang atau bergoyang. Bayangkan bagaimana jika bumi yang kita berjalan di atas permukaannya selalu bergoncang dan bergetar, bisakah kita hidup di atasnya?, bisakah kita tidur?, bisakah kita bekerja? (tentu jawabnya adalah : tidak -pent). Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita berupa ketenangan dan menetapnya bumi ini. Maka hendaknya kita mengambil pelajaran dari nikmat ini, lantas kita bandingkan dengan gempa yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari waktu ke waktu ; hingga kita bisa mengambil kesimpulan : Betapa besar karunia ketenangan bumi dan alangkah sempurnanya nikmat ini. Jika bumi ini bergoncang dalam sekejap saja, telah memakan korban 120 ribu jiwa, bagaimana jika bergoncang sehari penuh, atau berhari-hari, apa yang akan terjadi dengan manusia di permukaannya???. Karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala lainnya adalah tidak meluapnya lautan hingga menenggelamkan semua daratan. Padahal kita tahu bahwa luas lautan di muka bumi ini dua pertiga luas daratan. Allah-lah yang Maha Kuasa untuk menahan air laut hingga tidak meluap ke daratan, padahal Dia mampu untuk menenggelamkan seluruh daratan!.
Minggu, 31 Oktober 2010 04:26:24 WIB
Kategori : Dakwah : Syubhat
Akhir-akhir ini di TV banyak ditanyangkan sinetron-sinetron, yang dikatakan sinetron Islami. Misalnya, orang yang sering mabuk nanti pada saat mati, mayatnya dipenuhi ulat. Setelah usai tayangan. Kemudian dikomentari oleh seorang ustadz yang muncul, supaya orang bisa sadar. Bagaimana persoalan seperti ini? Jika memperhatikan daftar acara tayangan film atau sinetron, kita akan menemukan semua stasiun televisi menampilkan tayangan semacam ini. Pada waktu sebelumnya, tayangan bernuansa "regili", biasanya hanya muncul saat Ramadhan dan Syawwal. Namun belakangan ini, tayangan sinetron "religi" seolah menjadi acara utama televisi. Berbagai tema dimunculkan. Dari yang wajar-wajar saja mengangkat persoalan kehidupan sosial masyarakat, hingga tema-tema keislaman yang hakikatnya mengusung masalah bid'ah dan kesyirikan. Kenapa bisa demikian? Apakah pihak manejeman televisi menyadari keburukan program-program tayangannya? Seolah tanpa memiliki beban kekeliruan, mereka menayangkan sinetron "religi" yang sebenarnya sarat dengan penyesatan dan pembodohan. Ironisnya, banyak pemirsa yang sebagian besar kaum Muslimin, ternyata terpikat tayangan-tayangan ini tanpa merasa perlu mengkritisi. Padahal, tayangan seperti itu tidak selaras dan banyak yang tidak sesuai dengan pemahaman agama yang shahih.
Kamis, 28 Oktober 2010 21:11:06 WIB
Kategori : Fokus : Waqiuna
Wahai saudara-saudara seagama.. Kenyataannya memang pahit. Sesungguhnya, ada beberapa sebab dan bermacam-macam penyakit, hal itulah yang menjerumuskan umat ke dalam musibah-musibah, bencana-bencana dan ujian-ujian ini. Umat tidak akan dapat keluar dan melepaskan diri dari semua musibah ini, kecuali dengan taufik Allah Azza wa Jalla , dengan tambahan karunia dan kenikmatan dari-Nya. Permasalahan besar seperti ini tidak mungkin diselesaikan secara parsial, hanya melalui seminar-seminar, ceramah, kajian, dengan satu atau beberapa kalimat. Semua ini kami sampaikan, untuk tujuan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, dalam rangka mengajak untuk berpegang teguh dengan tali Allah, dalam upaya menjalin ta'awun (saling menolong) di atas kebajikan dan takwa. Maka, kami ingin mengatakan sebagai peringatan, sesungguhnya sebab-sebab yang telah menjerumuskan umat ini ke dalam belitan bencana dan ujian ini banyak, bahkan sangat beragam. Akan tetapi, secara global bermuara pada dua bahaya besar yang telah menimpa agama umat ini. Padahal, agama merupakan sebab kelestarian umat ini, petunjuk bagi umat dalam menangani urusan mereka. Bila penyebab ini tiada, maka pengaruhnya pun sirna.
Rabu, 27 Oktober 2010 15:31:10 WIB
Kategori : Fiqih : Nasehat
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi". Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Pada sebagian waktu, Allah Azza wa Jalla memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah Azza wa Jalla, rasa taubat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allah Azza wa Jalla dan penyesalan. Sebagaimana perkataan sebagian ulama Salaf, pasca gempa,’Sesungguhnya Rabb kalian mencela kalian’. Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, pasca gempa di Madinah menyampaikan khutbah dan nasihat; beliau Radhiyallahu 'anhu mengatakan,’Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengijinkan kalian tinggal di Madinah’.” Selesai – perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah.
First Prev 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 Next Last
