Selasa, 30 Nopember 2010 04:05:46 WIB
Kategori : Risalah : Sihir, Dukun
Ada riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy , mereka dilemparkan kedalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar. Manakala beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah Badar yang menjadi lengang selama 3 malam. Setelelah beliau berada di sana pada hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang tungganngannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya. Kemudian beliau berjalan diiringi oleh para shahabatnya. Para shahabat berkata, “kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapak-bapak mereka, “Wahai Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian mentaati Allah dan rasulNya? Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami kami, bukankah kalian juga telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.” Umar berkata, “Wahai Rasulullah kenapa anda berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki arwah ?”
Senin, 29 Nopember 2010 23:45:18 WIB
Kategori : Dakwah : Perpecahan !
Banyak orang yang berbicara mengenai jalan mewujudkan persatuan. Masing-masing mengajukan konsep. Dan semuanya sangat menginginkan persatuan. Namun bagaimana metode yang benar dalam mewujudkannya? Banyak orang sangat menginginkan persatuan, tetapi belum berpegang teguh kepada yang haq. Dari sinilah mulai muncul kesalahan dan menimbulkan keretakan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Ketika manusia meninggalkan sesuatu yang diperintahkan –maka- pasti akan terjadi permusuhan diantara mereka. Jika satu kaum sudah berpecah-belah, maka mereka akan berantakan dan binasa. Jika bersatu-padu, maka mereka akan baik dan berkuasa. Sesungguhnya berjama’ah (bersatu) itu merupakan rahmat dan perpecahan itu sebagai adzab.” Perkataan ini diambil dari firman Allah :"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".
Minggu, 28 Nopember 2010 22:40:51 WIB
Kategori : Bahasan : Aqidah
As Safarini. Setelah beliau menyebutkan sebagian ayat-ayat yang menjelaskan kekalnya siksa neraka, dan menyebutkan hadits disembelihnya kematian, beliau berkata,“Dengan ayat-ayat yang nyata dan hadits-hadits shahih yang telah kami sebutkan, nyatalah kekalnya penduduk surga dan neraka dengan kekekalan selama-lamanya. Surga kekal bersama kenikmatannya, dan neraka kekal bersama siksanya yang pedih. Telah terjadi ijma’ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terhadap hal ini. Mereka telah ijma’, bahwa siksaan terhadap orang-orang kafir tidak akan terputus, sebagaimana kenikmatan penduduk surga tidak akan terputus.”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,“Para pendahulu umat ini, imam-imamnya, dan seluruh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah sepakat, bahwa ada sebagian makhluk yang tidak akan binasa, tidak akan hancur sama sekali. Seperti surga, neraka, ‘arsy, dan lainnya.”. Syaikhul Islam juga menyatakan,“Pemeluk agama Islam semua mengatakan, surga dan neraka tidak ada akhirnya. Keduanya terus-menerus kekal. Demikian juga penduduk surga, terus-menerus di dalam surga, bersenang-senang. Dan penduduk neraka di dalam neraka disiksa. Hal itu tidak ada akhirnya.”
Minggu, 28 Nopember 2010 22:35:28 WIB
Kategori : Bahasan : Aqidah
Yang saya tanyakan bagaimana yang benar dari permasalahan ini menurut aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Apakah benar adzab neraka itu tidak bersifat kekal? Kalau memang benar lalu apa bedanya orang Islam dengan orang kafir kalau sama-sama akan keluar atau terbebas dari adzab neraka. Kalau memang benar maka orang kafir akan tetap memilih pada kekafirannya, orang musyrik tetap memilih pada kemusyrikannya, tidak mau masuk Islam, karena toh akan keluar juga atau terbebas dari adzab neraka. Benarkah perkataan Ibnu Qayyim bahwa para ulama belum ijma’ atau sepakat akan kekalnya adzab neraka? Bagaimana hakikat sebenarnya dari masalah ini? Bukankah Ibnul Qayyim adalah seorang ulama ahlus sunnah yang besar. Mengapa pendapat bisa berbeda dari aqidah ahlus sunnah wal jamaah yang sepanjang yang saya ketahui mengatakan adanya kekekalan azab neraka kekal bagi orang-orang kafir, orang-orang munafiq, orang-orang musyrik, dan bagi iblis serta setan. Saya mohon agar dewan redaksi bisa menjawabnya melalui rubrik soal-jawab atau kalau perlu membahasnya secara khusus agar bisa hilang segala macam syubhat dan kerancuan tentang permasalahan ini.
Sabtu, 27 Nopember 2010 16:56:26 WIB
Kategori : Risalah : Do'a & Taubat
Dan kamu sungguh mengetahui wahai orang-orang muslim akan cobaan-cobaan dan musibah-musibah yang terjadi pada zaman kita. Diantaranya adalah orang-orang muslim dikuasai oleh orang-orang kafir seperti Afghanistan, Filiphina, Hindia, Palestina, Libanon, Ethiophia, dan selainnya. Diantaranya lagi adalah gemba bumi di Yaman dan berbagai negara yang lain. Diantaranya lagi adalah kematian yang meluap, angin yang menghancurkan, serta menyapu bersih harta-harta, pohon-pohon, kapal-kapal dan sebagainya. Dan salju yang bahayanya tidak terhitung banyaknya diantaranya adalah kelaparan, paceklik, dan kemarau di berbagai negara. Semua di atas dan bencana-bencana serta musibah-musibah yang semacamnya yang diujikan Allah pada hamba-Nya adalah dengan sebab kekafiran dan kedurhakaan serta berpalingnya dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala mendatangi kemewahan dunia dan gairahnya yang bersifat pendek, berpaling dari akhirat dan tanpa menyiapkan diri untuk akhirat kecuali hamba-hamba-Nya yang disayangi-Nya. Jelaslah bahwa musibah-musibah dan selainnya mengharuskan hamba untuk segera bertaubat kepada-Nya dari segala yang diharamkan Allah kepada mereka, segera patuh kepada-Nya, berhukum kepada Syari’at-Nya, tolong-menolong di dalam kebaikan dan taqwa, nasehat-menasehati dalam kebenaran dasn kesabaran.
Sabtu, 27 Nopember 2010 16:16:39 WIB
Kategori : Fiqih : Jenazah & Maut
Sesungguhnya manusia itu berdasarkan fitrahnya, telah dijadikan untuk memberikan manfaat kepada orang-orang yang telah mati, khususnya setelah mereka meninggal dunia secara langsung, dengan prasangkaan dan anggapan bahwa amalan yang mereka kerjakan itu bisa memberikan manfaat kepada si mayit ketika di dalam kuburan dan setelah ia dibangkitkan darinya. Sebelum wafatnya, manusia bisa melakukan sebagian amalan-amalan yang pahalanya bisa terus mengalir setelah kematiannya. Selain itu, orang yang masih hidup juga dapat memberikan manfaat kepada mayit dengan amalan-amalan yang dikerjakan untuk ditujukan kepada si mayit setelah kematiannya. Amalan-amalan yang bisa dilakukan sebelum kematian itu memungkinkan dan mampu dilakukan. Jika sedikit saja dia mengerahkan usaha, waktu atau harta, maka dia mampu untuk melakukannya. Sedangkan amalan-amalan yang dilakukan oleh orang lain setelah kematiannya, maka amalan-amalan itu tidak berada di tangannya, bisa jadi ada atau tidak ada. Oleh sebab itu saya akan menyebutkan amalan-amalan yang berasal dari usahanya, bukan usaha orang lain, agar semua manusia segera mengamalkannya sebelum datang ajalnya, dengan harapan untuk memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, tidak menyandarkan dirinya kepada manfaat dari orang lain setelah kematiannya.
First Prev 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 Next Last
