Kamis, 2 Desember 2010 16:54:46 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Jihad
Ingatlah, orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani atau yang lainnya, mereka akan senantiasa meneror dan membikin makar terhadap kaum muslimin dari dua sisi. Pertama. Teror pemikiran (irhab fikri). Yaitu usaha orang-orang kafir untuk menggelincirkan kaum Muslimin dari kemurnian ajaran agama yang haq ini. Mereka melontarkan syubhat-syubhat, tadlis (pemalsuan), talbis (kerancuan), sehingga bisa menumbuhkan sikap keragu-raguan kaum muslimin terhadap kebenaran ajaran Islam. Program ini dikemas dengan dukungan dana yang dikucurkan kepada kalangan ahli bid’ah yang telah menyeru manusia ke jurang api neraka. Untuk menyempurnakan programnya ini, mereka menempuh berbagai cara. Di antaranya : 1. Pertukaran pelajar, sebagai sarana pencucian otak anak-anak kaum Muslimin. Sehingga setelah pelajar-pelajar Islam ini pulang, akan menjadi pion mempropagandakan syubhat-syubhat. 2. Orientalis, dari sinilah musuh-musuh Allah melakukan gerakan-gerakan tersembunyi dengan dalil riset dan penelitian ilmiyah. Para orientalis tersebut bekerja untuk kepentingan intelejen Kristen dan Yahudi. Kedua. Teror fisik (irhab jasadi). Yaitu usaha orang-orang kafir untuk membunuh kaum Muslimin, menguasai negara-negara Islam, menguasai perekonomian kaum Muslimin serta menjajah negara-negara Islam.
Kamis, 2 Desember 2010 00:33:48 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Jihad
Misalnya kaum muslimin di Palestina, Irak, Afghanistan atau negeri lainnya yang sampai sekarang diserang oleh orang kafir, maka jihad bagi mereka adalah fardhu ’ain, kecuali orang yang memiliki udzur. Dalilnya ialah surat Al Anfal ayat 16 dan 45. Dan termasuk fardhu ’ain pula jika disuruh oleh Amirul Mukminin, sebagaimana disebutkan di dalam surat At Taubah ayat 38 dan hadist Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbunyi : "Jika kamu diperintah keluar untuk jihad, maka keluarlah untuk berjihad". Dalil di atas membantah mujahid hizbi yang mengatakan bahwa jihad pada zaman sekarang adalah fardhu ‘ain untuk semua negara, dan kaum muslimin tidak perlu izin orang tua, suami ataupun waliyul ‘amr sebagaimana pendapat Dr. Abdullah Azzam dalam bukunya yang berjudul Untukmu Umat Islam. Pendapat serupa juga ditulis oleh mujahid hizbi dengan judul Aku Melawan Teroris, oleh Imam Samudra. Untuk bantahannya silahkan membaca Majalah Al Furqon, edisi yang sama hlm. 16-18, dan buku Komando Al Qaidah Atas Perang Salib yang disembunyikan alamat penerbitnya, yang isinya, secara garis besar menjelaskan prinsip mujahid hizbi Usamah bin Laden yang mengahalalkan darah semua orang kafir dengan semboyannya “membunuh orang Amirika adalah inti keamanan dan tauhid”.
Rabu, 1 Desember 2010 23:12:57 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Jihad
Kewajiban jihad tetap akan berlangsung hingga hari akhir. Dalam pengertian luas (tidak hanya perang), jihad merupakan fardhu 'ain (kewajiban setiap muslim) menurut kemampuan masing-masing. Syaikh Shalih Al Lahidan mengatakan: “Jihad pada hari ini, saya lihat merupakan fardhu 'ain bagi setiap muslim untuk mengajak orang masuk ke dalam dinul Islam, dengan cara hikmah dan nasihat yang baik (mau'izhah hasanan). Adalah memungkinkan bagi setiap muslim pada zaman ini untuk berjihad fi sabilillah (dalam pengertian luas,-Pen); maka tidak ada alasan bagi muslim untuk meninggalkan jihad”. Namun, jihad dalam arti perang memiliki kaidah-kaidah, pedoman-pedoman serta aturan-aturan. Hukumnyapun bisa berbeda-beda. Begitu pula dengan lawan, yang dalam jihad juga harus teridentifikasi secara jelas. Perang dapat diarahkan kepada pihak-pihak yang menurut syari'at diperbolehkan untuk dilancarkan. Bukan asal disebut musuh. Lihat misalnya kasus peperangan yang dilancarkan Abu Bakar kepada penolak zakat. Yang jelas, tidak setiap perlawanan yang dimobilisasi atau terorganisir bisa disebut jihad.
Rabu, 1 Desember 2010 22:47:50 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Jihad
Jihad melawan hawa nafsu, meliputi empat masalah. Pertama. Berjihad melawan hawa nafsu dalam mencari dan mempelajari kebenaran dan agama yang haq. Kedua. Berjihad melawan hawa nafsu dalam mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Ketiga. Berjihad melawan hawa nafsu dalam mendakwahkan ilmu dan agama yang haq. Keempat. Berjihad melawan hawa nafsu dengan bersabar dalam mencari ilmu, beramal dan dalam berdakwah.
Adapun berjihad melawan setan bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama. Berjihad melawan setan dengan menolak setiap apa yang dilancarkan setan yang berupa syhubhat dan keraguan yang bisa mencederai keimanan. Kedua. Berjihad melawan setan dengan menolak setiap apa yang dilancarkan setan dan keinginan-keinginan hawa nafsu yang merusak. Sedangkan jihad melawan orang-orang fasik, pelaku kezhaliman, pelaku bid’ah dan pelaku kemungkaran, meliputi tiga tahapan. Yaitu dengan tangan apabila mampu. Jika tidak mampu, maka dengan lisan. Dan jika tidak mampu juga, maka dengan hati, yang setiap kaum Muslimin wajib melakukannya.
Selasa, 30 Nopember 2010 16:31:29 WIB
Kategori : Wanita : Muslimah
Seorang wanita muslimah yang menjaga hijab, secara tidak langsung ia berkata kepada semua kaum laki-laki,“Tundukkanlah pandanganmu, aku bukan milikmu dan kamu juga bukan milikku. Aku hanya milik orang yang dihalalkan Allah bagiku. Aku orang merdeka yang tidak terikat dengan siapapun dan aku tidak tertarik dengan siapapun karena aku lebih tinggi dan jauh lebih terhormat dibanding mereka. Adapun wanita yang bertabarruj atau pamer aurat dan menampakkan keindahan tubuh di depan kaum laki-laki hidung belang, secara tidak langsung ia berkata, “Silahkan anda menikmati keindahan tubuhku dan kecantikan wajahku. Adakah orang yang mau mendekatiku? Adakah orang yang mau memandangku? Adakah orang yang mau memberi senyuman kepadaku? Ataukah ada orang yang berseloroh,“Aduhai betapa cantiknya dia?”. Mereka berebut menikmati keindahan tubuhnya dan kecantikan wajahnya hingga mereka pun terfitnah. Manakah di antara dua wanita di atas yang lebih merdeka? Jelas, wanita yang berhijab secara sempurna akan memaksa setiap lelaki untuk menundukkan pandangan mereka dan bersikap hormat ketika melihatnya, hingga mereka menyimpulkan bahwa dia adalah wanita merdeka, bebas dan sejati.
Selasa, 30 Nopember 2010 16:26:40 WIB
Kategori : Wanita : Kesehatan
Jadi tidak hanya sebagai rutintas semata, tidur juga merupakan satu wujud dari rahmatNya nan luas dan kemahakuasanNya yang sempurna. Padanya tersimpan hikmah dan kemashlahatan bagi para makhluk. Tidur juga merupakan satu simbol akan kekuasaanNya untuk membangkitkan makhluk setelah Ia mematikan mereka. Kebiasaan Rasulullah tentang waktu tidur adalah teladan terbaik. Beliau tidaklah tidur melampaui batas yang dibutuhkan tubuh, tidak juga menahan diri untuk beristirahat sesuai kebutuhan. Inilah prinsip pertengahan yang Beliau ajarkan. Selaras dengan fitrah manusia. Jauh dari sikap ifrath (berlebih-lebihan) ataupun tafrith (mengurangi atau meremehkan). Beliau biasa tidur pada awal malam dan bangun pada pertengahan malam. Pada sebagian riwayat dijelaskan, Beliau tidur berbaring di atas rusuk kanan Beliau. Terkadang Beliau tidur terlentang dengan meletakkan salah satu kakinya di atas yang lain. Sesekali Beliau letakkkan telapak tangannya di bawah pipi kanan Beliau. Kemudian Beliau berdoa. Satu catatan penting juga, Beliau tidaklah tidur dalam kondisi perut penuh berisi makanan.
First Prev 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 Next Last
