Rabu, 8 Desember 2004 06:24:23 WIB
Kategori : Fiqih : Jenazah & Maut
Sebuah Pertanyaan diajukan kepada Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengenai Upacara Duka sebagai berikut : Upacara duka dilaksanakan dengan dihadiri oleh orang-orang di luar rumah orang yang meninggal dengan menempatkan lampu-lampu listrik (seperti pesta kebahagian), lalu keluarga si mayat berbaris, sementara orang-orang yang hendak mengucapkan bela sungkawa berbaris pula melintasi mereka satu persatu, masing-masing meletakkan tangannya di dada setiap keluarga si mayat sambil mengucapkan : (Semoga Allah memberimu pahala yang besar). Apakah pertemuan dan perbuatan ini sesuai dengan sunnah ? Jika tidak sesuai sunnah, apa yang disunnahkan dalam hal ini ? Kami mohon jawaban. Semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.
Selasa, 7 Desember 2004 16:45:33 WIB
Kategori : Risalah : Sihir, Dukun
Abu Abdillah Ar-Razi mengungkapkan bahwa macam-macam sihir itu ada delapan, dan diantaranya ialah : "Sihir Orang-Orang Yang Suka Berilusi Dan Mempunyai Jiwa Yang Kuat". Mereka berpendapat bahwa wahm (ilusi) itu mempunyai pengaruh, yaitu bahwa manusia dapat berjalan diatas pelepah yang diletakkan diatas permukaan tanah, tetapi dia tidak bisa berjalan diatasnya jika dibentangkan diatas sungai atau semisalnya. Lebih lanjut, Abu Abdillah Ar-Razi mengemukakan bahwa sebagaimana para dokter telah sepakat untuk melarang orang yang suka mimisan (mengeluarkan darah dari hidung) melihat objek yang berwarna merah dan orang yang kesurupan untuk melihat berbagai benda yang mempunyai kilatan sangat kuat untuk yang berputar-putar. Yang demikian itu tidak lain karena jiwa itu diciptakan untuk selalu taat kepada ilusi-ilusi.
Selasa, 7 Desember 2004 07:28:21 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Pemikiran
Yang menganggap pedoman Salafus Shalih tidak layak diterapkan pada zaman sekarang adalah orang yang sesat lagi menyesatkan. Bukanlah pedoman Salafus Shalih yang telah diperintahkan Allah supaya diikuti hingga akhir zaman ? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. ": Sesungguhnya siapa saja yang hidup sepeninggalku ia pasti melihat perselisihan yang sangat banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafa' Rasyidin setelahku. Peganglah ia erat-erat dan gigitlah dengan gigi gerahammu (sungguh-sungguhlah)". Inilah merupakan pernyataan yang ditujukan kepada segenap umat hingga hari Kemudian kelak. Dan sekaligus menunjukkan bahwa kaum muslimin wajib menempuh pedoman Salafush Shalih.
Senin, 6 Desember 2004 20:22:24 WIB
Kategori : Kitab : Hari Kiamat (2)
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain). Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapati di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata, ‘Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya'-juj dan Ma'-juj itu (makhluk yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’ Dzul Qarnain berkata, ‘Apa yang telah dianugerahkan Rabb-ku kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Dzul Qarnain) berkata, ‘Tiuplah (api itu).’ Ketika besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).’ Maka mereka (Ya'-juj dan Ma'-juj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. Dia (Dzul Qarnain) berkata, ‘(Dinding) ini adalah rahmat dari Rabb-ku, maka apabila janji Rabb-ku sudah datang, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabb-ku itu adalah benar.’ Kami biarkan mereka (Ya'-juj dan Ma'-juj) di hari itu berbaur antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka semuanya.”
Senin, 6 Desember 2004 13:12:31 WIB
Kategori : Bahasan : Assunnah
Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafi'i dalam masalah ini lebih banyak dan lebih bagus dan pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan pesannya dan lebih beruntung. Beliau berpesan antara lain : "Setiap orang harus bermadzhab kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tetapi ternyata berlawanan dengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh Rasulullah itulah yang menjadi pendapatku". "Seluruh kaum muslim telah sepakat bahwa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu hadits dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang". "Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan Hadits Rasulullah, peganglah Hadits Rasulullah itu dan tinggalkan pendapatku itu"
Senin, 6 Desember 2004 13:00:47 WIB
Kategori : Al-Qur'an : Ilmu
Kehendak Allah itu dibagi dua : Kehendak Syari'at (Ira'dah Syari'at) Adalah kehendak Allah yang telah Allah syariatkan kepada hambanya. Kehendak ini berupa amal-amal wajib dan amal-amal sunnah. Allah berkehendak dan menyukai hamba-hamba-Nya untuk melakukan shalat, puasa, sedekah, jihad, dan lain-lain. Kehendak Kauni (Ira'dah Kauniyah). Adalah kehendak Allah yang pasti terjadi di dunia ini. Kejadian ini kadang-kadang berupa sesuatu yang diridhai oleh Allah dan kadang-kadang berupa sesuatu yang dibenci oleh Allah. Istilah Kehendak Kauni ini diambil dari Al-Qur'an : "Sesungguhnya Allah itu apabila menghendaki sesuatu, Dia mengatakan Kun (=jadilah). Maka jadilah apa yang Dia kehendaki". Kata 'sesuatu' dalam ayat tersebut bentuknya nakiroh (bersifat umum). Bisa berupa ketaatan atau bisa pula berupa kemaksiatan, bisa sesuatu yang diridhai atau bisa pula berupa sesuau yang dibenci Allah.
First Prev 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 Next Last
