Senin, 8 Agustus 2005 07:07:19 WIB
Kategori : Bahasan : Hadits (1)
Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang dengan menjanjikan terkabulnya do’a dan terpenuhinya permintaan. Demikian Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar. Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab.
Minggu, 7 Agustus 2005 07:08:52 WIB
Kategori : Al-Qur'an
Tidak ada dosa mengambil upah dari mengajak Al-Qur’an dan mengajar ilmu agama, karena memang manusia membutuhkan pengajaran, dan karena pengajar kadang menghadapi kesulitan dalam hal itu dan sibuk mengajar sehingga tidak sempat mencari nafkah. Jika ia mengambil upah dari mengajar Al-Qur’an dan mengajarkan hafalannya serta mengajarkan ilmu agama, maka yang benar adalah bahwa dalam hal ini tida ada dosa. Telah disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa sekelompok sahabat singgah di suatu suku Arab yang saat itu pemimpin mereka tersengat binatang berbisa. Mereka telah berusaha mengobatinya dengan berbagai cara tapi tidak berhasil, lalu mereka meminta kepada para sahabat itu untuk meruqyah, kemudian salah seorang sahabat meruqyahnya dengan surat Al-Fatihah, dan Allah menyembuhkan dan menyehatkannya. Sebelumnya, para sahabat itu telah mensyaratkan pada mereka untuk dibayar dengan daging domba. Maka setelah itu mereka pun memenuhinya.
Minggu, 7 Agustus 2005 06:48:40 WIB
Kategori : Fiqih : Shalat
Berpaling sedikit dari qiblat tidaklah membahayakan ini berlaku bagi orang yang jauh dari Masjidil Haram. Karena Masjidil Haram merupakan qiblat bagi orang yang shalat karena didalamnya ada Ka’bah. Oleh karena itu para ulama berpendapat : Barangsiapa yang dapat menyaksikan Ka’bah maka wajib baginya untuk menghadap langsung ke Ka’bah, maka orang yang shalat di Masjidil Haram menghadap kearah Ka’bah, kemudian tidak menghadap langsung ke Ka’bah, dia harus mengulangi shalatnya karena shalatnya tidak sah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Palingkan mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya” . Kalau orang tersebut jauh dari Ka’bah tidak bisa menyaksikannya walaupun masih berada di wilayah Makkah wajib baginya untuk menghadap ke arah qiblat, tidak mengapa berpaling sedikit, oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada penduduk Madinah.
Sabtu, 6 Agustus 2005 17:01:23 WIB
Kategori : Fokus : Fatawa
Imam Ahmad Rahimahullah berkata : “Hendaknya khauf dan raja’ sama, tidak dominan khauf dan tidak dominan raja”, Beliau berkata : “Manakala salah satu dari keduanya yang dominan maka hancurlah si pelakunya”. Karena bila dia menonjolkan raja’ maka manusia itu terjerumus dalam sikap merasa aman dari makar Allah, dan jika rasa khauf yang dominan maka dia akan terjerumus dalam sikap putus asa dari rahmat Allah. Sebagaimana ulama berkata : “Hendaknya menonjolkan rasa raja’ ketika melaksanakan ketaatan dan menonjolkan rasa khauf ketika ingin melaksanakan maksiat”. Karena apabila dia melaksanakan ketaatan maka dia wajib berprasangka baik, dengan lebih menonjolkan sikapa raja’ yaitu qabul (menerima), dan jika berkeinginan untuk berbuat maksiat hendaknya menonjolkan sikap khauf (takut) agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Sabtu, 6 Agustus 2005 06:40:02 WIB
Kategori : Risalah : Gambar, Musik
Para penonton pertandingan sepak bola yang jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu orang, berkumpul di sebuah stadion, padahal di tempat lain ada shalat jum'at sedang diselenggarakan. Akal mereka benar-benar tidak berfungsi lagi dan perasaan mereka telah mati. Apakah yang menyebabkan itu bisa terjadi ? Sebabnya karena rasa fanatisme antar kesebelasan sepak bola yang ada dalam hati mereka. Persatuan mereka menjadi tercerai berai. Bahkan dalam satu anggota keluarga bisa tidak lagi terjadi persatuan hanya diakibatkan oleh bola. Namun sayangnya, perbedaan favorit klub bola tidak mendorong mereka untuk berjiwa sportif. Namun semua itu malah menyebabkan terjadinya saling cemooh antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Yang terjadi malah tawuran antar suporter yang mengakibatkan jatuhnya ratusan korban. Bahkan tidak jarang sampai memekan korban jiwa hanya karena bola yang bentuknya bulat. Umat Islam tidak lagi memikirkan siapa musuh mereka yang hakiki dan tidak lagi mau meikirkan urusan kebangsaan yang sifatnya lebih global.
Jumat, 5 Agustus 2005 09:54:49 WIB
Kategori : Fiqih : Nasehat
Akan tetapi kegembiraan kami terhadap kebangkitan yang kami rasakan pada tahun-tahun terakhir tidak berlangsung lama. Kita telah dikejutkan dengan terjadinya sikap "berbalik", dan perubahan yang dahsyat pada diri pemuda-pemuda itu, di sebagian negeri. Sikap tersebut, hampir saja memusnahkan pengaruh dan buah yang baik sebagai hasil kebangkitan ini, apa penyebabnya ? Di sinilah letak sebuah pelajaran penting, penyebabnya adalah karena mereka tertimpa oleh perasaan ujub (membanggakan diri) dan terperdaya oleh kejelasan bahwa mereka berada di atas ilmu yang shahih. Perasaan tersebut bukan saja diseputar para pemuda muslim yang terlantar, bahkan terhadap para ulama.
First Prev 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 Next Last
