Tingkatan-Tingkatan Qadar : Al-Ilmu, Al-Kitaabah

Senin, 3 Agustus 2009 15:53:00 WIB
Kategori : Kitab : Qadha & Qadar

Al-Ilmu, yaitu, beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik secara global maupun terperinci, azali (sejak dahulu) dan abadi, baik hal itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan-Nya maupun perbuatan-perbuatan para hamba-Nya, sebab ilmu-Nya meliputi apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak terjadi yang seandainya terjadi, bagaimana terjadinya. Dia mengetahui yang ada, yang tidak ada, yang mungkin, serta yang mustahil, dan tidak luput dari ilmu-Nya seberat dzarrah pun di langit dan di bumi. Dia mengetahui semua ciptaan-Nya sebelum Dia menciptakan mereka. Dia mengetahui rizki, ajal, ucapan, perbuatan, maupun semua gerak dan diam mereka, juga siapakah ahli Surga ataupun ahli Neraka. Tingkatan ini -yaitu ilmu yang terdahulu- disepakati oleh para Rasul, sejak Rasul yang pertama hingga yang terakhir.

Keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah Secara Umum Tentang Qadar

Minggu, 2 Agustus 2009 15:43:05 WIB
Kategori : Kitab : Qadha & Qadar

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah ditanya tentang qadar, maka beliau menjawab dengan jawaban panjang lebar, yang berisi keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah secara umum mengenai masalah ini. Di antara pernyataannya: “Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengenai masalah ini dan yang lainnya ialah (sesuai dengan) apa yang ditunjukkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah serta apa yang diikuti para as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Yaitu, bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Rabb, dan Yang menguasainya. Termasuk juga di dalamnya semua benda yang berdiri sendiri dan sifat-sifatnya yang menyatu dengannya, berupa perbuatan-perbuatan hamba dan selain perbuatan-perbuatan hamba. Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi.

Dalil-Dalil Iman Kepada Qadha Dan Qadar

Sabtu, 1 Agustus 2009 22:56:58 WIB
Kategori : Kitab : Qadha & Qadar

Adapun berdasarkan fitrah, bahwa iman kepada qadar adalah sesuatu yang telah dimaklumi secara fitrah, baik dahulu maupun sekarang, dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali sejumlah kaum musyrikin. Kesalahannya tidak terletak dalam menafikan dan mengingkari qadar, tetapi terletak dalam memahaminya menurut cara yang benar. Karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman tentang kaum musyrikin: "Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya... .’". Mereka menetapkan kehendak (masyii-ah) bagi Allah, tetapi mereka berargumen dengannya atas perbuatan syirik. Kemudian Dia menjelaskan bahwa ini merupakan keadaan umat sebelum mereka, dengan firman-Nya: "… Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul)… ."

Keutamaan Dakwah Tauhid

Jumat, 31 Juli 2009 16:03:22 WIB
Kategori : Bahasan : Tauhid

Para da’i harus memulai dakwahnya dengan mengajak kepada tauhid karena itu adalah dakwah paling utama dan paling mulia. Dakwah tauhid berarti mengajak kepada derajat keimanan yang paling tinggi. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalah perkataan: ‘Laa ilaaha illallaah’, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan dan malu adalah salah satu cabang Iman.” Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahwasanya cabang-cabang keimanan lainnya tidak akan sah dan tidak diterima kecuali setelah sahnya cabang yang paling utama ini (tauhid). Berdasarkan apa yang disebutkan di atas, maka semua gerakan dakwah yang berdiri tegak di atas dakwaan dan simbol ishlah (perbaikan), namun tidak memfokuskan perhatian dan tidak bertolak dari upaya perbaikan tauhid, tentunya akan terjadi penyelewengan dan penyimpangan sesuai dengan kejauhannya dari pokok yang sangat penting ini.

Khawarij Kontemporer

Kamis, 30 Juli 2009 15:07:39 WIB
Kategori : Fokus : Waqiuna

Sayyid Quthub berkata : “Sesungguhnya, sekarang ini tidak ada satu negara atau masyrakat muslim pun di muka bumi, kaidah berinteraksi dengan mereka adalah dengan syari’at Allah dan fiqih Islam”. Teks-teks yang gamblang seperti diatas, masih banyak di dalam buku-buku Sayyid Quthub. Itu semua tidak ada kemungkinan untuk ditakwilkan, karena maksud semuanya adalah mengkafirkan para ulama, pemerintah dan (seluruh) individu umat Islam, sampai para tukang adzan (muadzdzin), mereka semuanya menurut Sayyid Quthub adalah kaum kafir lagi murtad, dosanya lebih berat, dan adzab mereka lebih keras dari selainnya. Maka, dari buku-buku ini dan sejenisnya, sebagian pengikut takfir masa ini menimba manhaj mereka, ide pengkafiran masyarakat muslim, beserta akibat-akibatnya, seperti pembajakan, peledakan dan pembunuhan terhadap jiwa yang dilarang, diberbagai negeri kaum muslimin dan yang diluar mereka. Kenyataan ini telah diakui oleh tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin dan mereka tulisakan di buku-buku mereka.

Manusia Melihat Jin

Selasa, 28 Juli 2009 07:12:52 WIB
Kategori : Risalah : Sihir, Dukun

Firman Allah Azza wa Jalla pada ayat ini “Sesungguhnya ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”, menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melihat jin, yaitu pada bentuknya yang asli. Namun melihat penjelmaan jin, hal ini bisa dan telah terjadi pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau setelahnya. Ketika menjelaskan faidah-faidah dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang menangkap setan, [1]. Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: Bahwa setan terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan (manusia) melihatnya. Dan firman Allah Ta’ala “Sesungguhnya ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka (al A’raf ayat 27)”, dikhususkan jika pada bentuknya (yang asli) yang Allah telah ciptakan. Demikian juga berdialog dengan jin dan mengusir jin yang masuk ke dalam tubuh seseorang, merupakan perkara yang benar-benar terjadi. Tetapi kemampuan melakukan hal-hal di atas, tidak berarti menunjukkan kemuliaan orang tersebut di sisi Allah Azza wa Jalla. Karena kemulian manusia di sisi Allah adalah ditentukan oleh ketakwaannya kepada Allah.

First  Prev  135  136  137  138  139  140  141  142  143  144  145  Next  Last

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin