Ru'yatullah (Melihat Allah) Dalam Pandangan Ahlus Sunnah Dan Mu'tazilah

Jumat, 29 April 2011 04:41:13 WIB
Kategori : Bahasan : Aqidah

Ulama sepakat bahwa Rasulullah n pernah melihat Allah dengan hatinya, berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ia berkata: “Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melihatNya dengan hatinya” Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw melihat Allah dengan hatinya dan tidak pernah melihatnya dengan mata kepalanya. Ibrahim At-Taimi meriwayatkan Rasulullah saw pernah melihatnya dengan hatinya dan tidak pernah melihat dengan matanya.Imam Nawawi berkata: “Melihat Allah dengan hatinya adalah penglihatan yang benar, yaitu Allah menjadikan penglihatannya dihatinya atau menjadikan hatinya mempunyai penglihatan sehingga dia bisa melihat Tuhannya dengan benar, sebagaimana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Adapun selain Nabi, seperti Shahabat dan tabi’in, maka salaf sepakat bisa terjadi bagi hati seorang mukmin sebuah mukasyafat (membuka tabir) dan musyahadat (persaksiaan), yang sesuai dengan keimanan dan ma’rifatullah. Karena seorang yang mencintai sesuatu akan membekas dalam hatinya dan merasa selalu dekat dalam hatinya. Sebagaimana jawaban Rasulullah tentang ihsan: “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihatNya, maka Dia melihatmu.”

Kemungkaran-Kemungkaran Dalam Pernikahan

Kamis, 28 April 2011 22:47:31 WIB
Kategori : Fiqih : Nikah

Dalam hal ini Yang mulia Mufti Al-‘Alamah Abdul Aziz Ibnu Baz pernah menulis sebagai berikut: “Dari Abdul Aziz Ibnu Baz untuk segenap kaum muslimin yang membaca tulisan ini –semoga Allah menunjuki kita semua ke jalan yang lurus serta menjadikan kita golongan yang beruntung– amiin. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kaum muslimin agar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan agar saling nasehat-menasehati dengan kesabaran dan kebenaran, karena dengan inilah kita semua akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat, bagi pribadi dan masyarakat. Telah sampai kabar kepadaku bahwa banyak di antara manusia sekarang ini menunda menikahkan putri dan saudari mereka hanya dikarenakan alasan-alasan yang tidak syar’i, seperti membantu di rumah dan sejenisnya, semua ini merupakan keharaman dan kedhaliman kepada putri dan saudari mereka, karena Allah Azza wa Jalla berfirman: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Mengagungkan Sunnah

Rabu, 27 April 2011 22:50:22 WIB
Kategori : Bahasan : Assunnah

Abu Bakar As-Shidiq Radhiyallahu 'anhu berkata: “Tidaklah aku meniggalkan sedikitpun perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah, melainkan aku amalkan. Dan sesungguhnya aku takut jika aku meninggalkan sedikit saja dari perintahnya, aku akan tersesat.” Ibnu Bathoh mengomentari hal ini dengan perkataanya: “Wahai saudaraku, inilah As-Shidiq Akbar, beliau merasa takut terhadap dirinya dari penyimpangan jika beliau menyelisihi sedikit saja dari perintah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka bagaimana pula terhadap suatu zaman yang masyarakatnya telah menjadi orang-orang yang merperolok-olok nabi dan perintahnya, bangga dengan sesuatu yang menyelisihinya serta bangga dengan melecehkan sunnahnya. Kita memohon kepada Allah agar terjaga dari ketergelinciran dan (memohon) keselamatan dari amalan-amalan yang jelek” Umar Bin Abdul Aziz berkata : “Tidak ada pendapat siapapun di atas sunnah yang dijalani oleh Rasulullah” Dari Abi Qilabah ia berkata : “Jika kamu mengajak berbicara seseorang dengan sunnah, kemudian orang tersebut berkata : “Tinggalkan ini dan berikan kepadaku kitab Allah (saja)! “ maka ketahuilah bahwa ia adalah orang yang sesat.” Adz-Dzahabi mengomentari hal ini dengan ucapannya: ”Apabila kamu melihat seorang ahlu kalam dan bid’ah berkata: “Jauhkanlah kami dari al-Kitab dan hadist-hadist ahad, dan berikanlah kepada kami akal saja, maka ketahuilah bahwa dia adalah Abu Jahal

Metodologi Ibnu Taimiyah Dalam Membedah Bid'ah Khawarij (2)

Selasa, 26 April 2011 22:50:51 WIB
Kategori : Dakwah : Firaq

Sebagaimana sudah dimaklumi bahwa pemabahasan tentang status hukum seorang muslim yang fasik merupakan sebab pertama terjadinya bid’ah di dalam agama. Kaum Khawarij berkata: “Orang fasik itu hukumnya kafir” mereka meyakini kebenaran infadzul wa’id (kebenaran ancaman Allah terhadap orang-orang fasik), menurut mereka maknanya adalah: “Orang-orang fasik kekal dalam neraka dan tidak akan dapat keluar darinya dengan syafaat atau dengan yang lainnya.” Hal itu hanya untuk menetapkan bahwa Allah benar-benar menepati janji dan tidak memungkirinya. Menurut mereka bila ancaman bersifat umum telah dikeluarkan maka akan terhitung pengingkaran apabila tidak membenarkannya. Mereka keliru dalam memahami sebuah ancaman. Mereka samakan antara dosa dan ancaman dengan kesalahan. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Majmu’ Fatawa : “Kelompok-kelompok sesat menyamaratakan antara kesalahan dan dosa. Kadangkala mereka bersikap berlebihan dalam masalah ini. Ada yang berkata: “Orang-orang itu ma’shum!” Dan sebagian lagi berkata: “Orang-orang itu termasuk pembangkang karena kesalahan yang dilakukannya!” Ahli ilmu bukanlah orang yang ma’shum dan bukan pula orang yang tidak berdosa.

Metodologi Ibnu Taimiyah Dalam Membedah Bid'ah Khawarij (1)

Senin, 25 April 2011 23:08:43 WIB
Kategori : Dakwah : Firaq

Mayoritas orang-orang yang terjebak dalam bid’ah Khawarij pada awalnya tidak menyadari bahwa pemikiran yang bercokol dalam benaknya adalah benih-benih bid’ah Khawarij. Setelah larut di dalamnya dan setelah terbawa arus dan telah terkondisi, mereka tidak dapat melepaskan diri darinya. Persis seperti virus rabies yang menggerogoti penderitanya. Sebagai contoh sekarang ini muncul sebuah pemikiran bahwa dalam menjatuhkan vonis kafir terhadap seseorang sekarang ini tidak dibutuhkan lagi proses penegakan hujjah jikalau ia melakukan kekufurannya itu karena kejahilan yang bisa dihilangkannya dengan menuntut ilmu, tapi hal itu tidak dilakukannya karena malas atau lalai, ia tidak bisa dimaafkan, ia dapat dihukumi kafir. Karena malas belajar bukanlah alasan untuk melakukan kekufuran. Demikian yang diungkapkan oleh Abdul Mun’im Mushtafa Halimah dalam bukunya berjudul Ath-Thaghut. Hal itu jelas merupakan prolog menuju akar pemikiran Khawarij yang royal mengkafirkan kaum muslimin. Contoh pemikiran lainnya: Dalam menetapkan bahwa seseorang telah menghalalkan dosa yang dilakukannya cukup dengan qarinah (indikasi kuat) bahwa ia telah menghalalkannya. Mereka beralasan karena sekarang ini tidak mungkin seseorang mengatakan terang-terangan bahwa ia telah menghalalkan dosa yang diperbuatnya

Kekhususan (Karakteristik) Al-Arsy

Minggu, 24 April 2011 22:06:29 WIB
Kategori : Bahasan : Aqidah

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengkhususkan Al-Arsy dengan beberapa kekhususan yang membedakanya dari sekalian makhluk yang lain karena Al-Arsy memiliki kedudukan yang tinggi disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebut kata Al-Arsy sebanyak dua puluh satu kali didalam Al Quran dan hal ini menunjukkan ketinggian kedudukan dan martabat di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji dirinya dalam banyak ayat dengan mengatakan dialah pemilik Al-Arsy yang agung dan besar lagi mulia. Oleh karena itu perlulah kita mengetahui kekhususan-kekhususan Al Arsy yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya. Diantara kekhususannya adalah: Tempat bersemayamnya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini merupakan kekhususan yang paling besar dan agung yang dimiliki Al Arsy dimana karena inilah Al Arsy memiliki kekhususan-kekhususan yang lainnya. Masalah bersemayamnya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas Al Arsy telah ditunjukkan oleh Alkitab dan Assunnah, disebutkan dalam Al Quran sebanyak tujuh tempat dan tentunya penyebutan yang berulang-ulang ini menegaskan keagungan dan arti pentingnya Al Arsy ditambah dengan banyaknya hadits-hadits yang menunjukkan dengan tegas kebenaran hal tersebut. Sesungguhnya madzhab salaf dari para sahabat, tabiin dan yang lainnya berpendapat bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala bersemayam diatas Al Arsy dengan tanpa takyif (membagaimanakannya), tamtsil (menyerupainya dengan makhluk), Tahrif (menyelewengkan makna yang sebenarnya) dan Ta'thil (menolaknya).

First  Prev  44  45  46  47  48  49  50  51  52  53  54  Next  Last

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin