Ahlus Sunnah Menetapkan Istiwa' (Bersemayam). Ahlus Sunnah Menetapkan Ma‘iyyah (Kebersamaan Allah)

Sabtu, 5 Mei 2012 23:33:12 WIB
Kategori : Kitab : Aqidah (Syarah)

Termasuk iman kepada Allah adalah iman kepada apa yang diturunkan Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur-an yang telah diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam serta yang telah disepakati oleh generasi pertama dari ummat ini (para Sahabat Radhiyallahu anhum) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas semua langit, bersemayam di atas ‘Arsy, Mahatinggi di atas segala makhluk-Nya, Allah tetap bersama mereka dimana saja mereka berada, yaitu Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:“Lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “...Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu mem-biarkannya seperti apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya. Seperti yang difirmankan-Nya:‘Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.’

Ahlus Sunnah Mengimani Tentang an-Nuzul (Turunnya Allah ke Langit Dunia)

Jumat, 4 Mei 2012 23:07:34 WIB
Kategori : Kitab : Aqidah (Syarah)

Ibnu Khuzaimah rahimahullah (wafat th. 311 H) berkata: “Pembahasan tentang kabar-kabar yang benar sanadnya dan shahih penopangnya telah diriwayatkan oleh ulama Hijaz dan Irak, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang turunnya Allah Azza wa Jalla ke langit dunia (langit terendah) pada setiap malam, yang kami akui dengan pengakuan seorang yang mengaku dengan lidahnya, membenarkan dengan hatinya serta meyakini keterangan yang tercantum di dalam kabar-kabar tentang turunnya Allah Azza wa Jalla tanpa menggambarkan kaifiyahnya (bagaimananya), karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memang tidak menggambarkan kepada kita tentang kaifiyah (cara) turunnya Khaliq kita ke langit dunia dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam hanya memberitahukan kepada kita bahwa Rabb kita turun. Sementara itu, Allah Azza wa Jalla dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak menjelaskan bagaimana Allah turun ke langit dunia. Oleh karena itu, kita mengatakan dan membenarkan apa-apa yang terdapat di dalam kabar-kabar ini perihal turunnya Rabb, tanpa memaksakan diri membicarakan sifat dan kaifiyatnya, sebab Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memang tidak mensifatkan kepada kita tentang kaifiyah turun-Nya. Lalu setelah itu Ibnu Khuzaimah pun menyebutkan sejumlah hadits yang berisi keterangan tentang hal itu, yaitu hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu di atas.

Ru'-yatullaah (Melihat Allah Pada Hari Kiamat). Iman kepada Malaikat

Jumat, 4 Mei 2012 06:27:00 WIB
Kategori : Kitab : Aqidah (Syarah)

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwasanya kaum Muslimin akan melihat AllahSubhanahu wa Ta’ala pada hari Kiamat secara jelas dengan mata kepala mereka sebagaimana melihat matahari dengan terang, tidak terhalang oleh awan sebagaimana mereka melihat bulan di malam bulan purnama. Mereka tidak berdesak-desakan dalam melihat-Nya. Rasulullahu Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian, sebagaimana kalian melihat bulan pada malam bulan purnama, kalian tidak terhalang (tidak berdesak-desakan) ketika melihat-Nya. Dan jika kalian sanggup untuk tidak dikalahkan (oleh syaithan) untuk melakukan shalat sebelum Matahari terbit (shalat Subuh) dan sebelum terbenamnya (shalat ‘Ashar), maka lakukanlah.”Kaum Mukminin akan melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala di padang Mahsyar, kemudian akan melihat-Nya lagi setelah memasuki Surga, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nya mereka melihat.” Melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan kenikmatan yang paling dicintai bagi penghuni Surga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya.”

Kejelasan Status Dalam Jual Beli

Selasa, 1 Mei 2012 09:17:31 WIB
Kategori : Fiqih : Jual Beli

Ibnu Rusyd al-Maliki berkata, “Secara global, seluruh ulama ahli fiqih sepakat bahwa tidak dibenarkan adanya ketidakpastian (gharar) yang besar pada setiap akad jual beli. Sebagaimana mereka juga sepakat bahwa gharar yang kecil dimaafkan. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat dalam beberapa bentuk akad jual beli, apakah gharar yang terdapat padanya termasuk gharar yang besar sehingga terlarang atau termasuk yang kecil sehingga dimaafkan? Perbedaan itu terjadi dikarenakan gharar yang ada berada di tengah-tengah antara gharar yang besar dan gharar yang kecil.” Kadang kala sebagian gharar dimaafkan, terutama bila ada alasan yang dibenarkan. Contoh gharar yang dibenarkan, Anda dibolehkan membeli atau menjual rumah walaupun Anda atau pembeli tidak mengetahui fondasinya. Contoh lain, Anda dibolehkan membeli atau menjual kambing yang sedang bunting- sehingga dalam kambingnya terdapat susu- walaupun Anda tidak mengetahui seberapa kadar susu yang ada didalamnya. Yang demikian itu dikarenakan status dan hukum fondasi mengikuti bagian dari rumah agar fondasi rumah mengikuti bagian dari rumah yang tampak oleh penglihatan. Andai disyaratkan agar fondasi rumah diketahui oleh kedua pihak, pasti merepotkan mereka berdua. Demikian juga halnya dengan menjual hewan bunting yang telah mengeluarkan susu dari kambingnya. Walau demikian, bukan berarti Anda bebas sesuka hati dalam membuat kesimpulan karena ternyata para ulama telah meletakkan kaidah yang jelas dalam menilai apakah gharar yang ada termasuk yang terlarang atau yang dimaafkan.

Menyikapi Tragedi Suriah

Rabu, 25 April 2012 14:58:19 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Jihad

Kewajiban kita terhadap saudara-saudara kaum Muslimin di Suriah adalah mendoakan mereka kepada Allah dan berdiri bersama mereka, membantu meringankan beban musibah berat yang menimpa mereka. Penyerangan yang dilakukan oleh Syi’ah Nushairiyah, atheis, kafir terhadap kaum Muslimin, khususnya Ahlus Sunnah. Penduduk Suriah saat ini, khususnya Ahlus Sunnah dihadapkan pada penyerangan terhadap ibadah mereka. Tindakan penguasa yang jahat ini berniat hendak menghilangkan dan memberangus Ahlus Sunnah dari negeri Suriah dengan menjalin kerja sama dengan Syi’ah Iran Al-Majusi yang kejam juga kelompok Hizbullah di Lebanon. Maka kewajiban wahai kaum Muslimin yang ada di Indonesia atau di semua negara Islam untuk bersatu mengambil satu sikap dan berdiri dalam satu barisan, membantu saudara-saudara kita di Suriah dengan menyumbangkan harta, obat-obatan dan makanan dan semua yang mereka butuhkan. Juga mendorong penguasa di negara masing-masing untuk mengambil langkah tegas terkait tindakan Syi’ah Nushairiyah yang kejam ini yang melakukan pembantaian terhadap anak-anak, kaum wanita dan orang-orang tua. Bahkan sampai pada penodaan terhadap kebersihan dan kesucian mushaf-mushaf Al-Qur’an, penghancuran masjid-masjid dan pemerkosaan terhadap wanita yang menjaga kesucian mereka. Minimal, para imam masjid harus memimpin para jama’ahnya mendo’akan saudara-saudara kita dalam qunut nazilah saat melaksanakan shalat fardhu lima waktu.

Pasal Kedua : Al-Masih Ad-Dajjal

Senin, 16 April 2012 23:19:23 WIB
Kategori : Kitab : Hari Kiamat (2)

Dajjal dinamakan Dajjal karena dia telah menutupi kebenaran dengan kebathilan, atau karena dia telah menutupi kekufurannya di hadapan manusia dengan kebohongan, juga perancuannya kepada mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa dia menutupi perkara yang benar dengan jumlah pengikutnya yang banyak. Dajjal adalah seorang laki-laki dari keturunan Adam. Dia memiliki banyak sifat yang dijelaskan dalam berbagai hadits agar manusia mengenalnya dan memberikan peringatan kepada mereka atas kejelekannya, sehingga ketika dia keluar maka orang-orang yang beriman akan mengenali dan tidak terkena fitnahnya. bahkan mereka akan tetap mengetahui sifat-sifatnya yang dikabar-kan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sifat-sifat ini dapat membedakannya dari manusia yang lain. Maka tidak akan ada yang tertipu kecuali orang bodoh yang telah ditetapkan kesengsaraan baginya. Hanya kepada Allah-lah kita memohon keselamatan. Di antara sifat-sifat tersebut bahwa dia seorang laki-laki, masih muda, berkulit merah, pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan (leter o), berambut keriting, keningnya lebar, dadanya bidang, mata yang kanannya buta, mata tersebut tidak muncul tidak pula tertancap dalam seakan-akan buah anggur yang menonjol, sementara di atas matanya yang kiri ada daging keras yang tumbuh, di antara kedua matanya tertulis huruf ك، ف، ر dengan huruf yang terputus-putus, atau (كافـر) dengan bersambung, setiap muslim dapat membacanya, baik dia orang yang buta huruf maupun tidak. Dan di antara sifatnya bahwa dia orang yang mandul, tidak memiliki anak.

First  Prev  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  Next  Last

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin