Kategori Al-Masaa'il
Senin, 16 Juli 2007 15:05:02 WIB
Sesungguhnya Ummu Habibah istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Nikahilah saudariku putri Abu Sufyan (dalam riwayat Imam Muslim: ‘Izzah binti Abu Sufyan)”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya,”Apakah engkau menginginkan itu?” Aku (Ummu Habibah) menjawab,”Ya. Aku tidak pernah menjadi istrimu seorang diri, dan orang yang paling aku sukai menemaniku dalam kebaikan adalah saudariku.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Itu tidak halal bagiku.” Ummu Habibah berkata,”Sesungguhnya kami diberitahu, bahwa engkau ingin menikahi anak Abu Salamah (dalam riwayat lain : Durrah binti Abu Salamah).” Rasulullah bertanya,”Putri Abu Salamah?” Aku (Ummu Habibah) menjawab,”Ya.” Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dia bukan anak asuhku, dia tetap tidak halal bagiku. Dia itu putri dari saudara sepersusuanku. Aku dan Abu Salamah pernah disusui oleh Tsuwaibah, maka jangankanlah kalian menawarkan anak-anak atau saudari-saudari kalian kepadaku
Sabtu, 14 Juli 2007 13:36:00 WIB
Apa yang dinisbarkan kepada salaf (salafi) pada dasarnya sama dengan apa yang dinisbatkan kepada atsar (atsari), keduanya sama. Yang semisal dengan hal diatas adalah pembedaan antara para dai yang sebenarnya dan orang-orang yang hanya mengaku, Al-Allamah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullahu ketika ditanya tentang penamaan As-Salafi, Al-Atsari, apakah ini termasuk tazkiyah/rekomendasi? Maka Samahatusy Syaikh rahimahullah menjawab : “Apabila benar adanya bahwa dia Atsari atau Salafi maka tidak masalah, seperti yang diucapkan oleh ulama terdahulu, fulan Salafi, fulan Atsari, ini merupakan rekomendasi yang diharuskan dan wajib”. Jika penisbatan tersebut selaras antara dhohir dan batinnya maka hal ini setara dengan kedudukan seorang mukmin yang berada diatas kebenaran secara dhohir dan bathin.
Kamis, 12 Juli 2007 11:42:23 WIB
Terlebih lagi fatwa tersebut tidak disepakati oleh seorang alim rabbani faqiihul ummah yang juga anggota kibarul ulama serta anggota Lajnah Daimah yaitu Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah. Inilah pendapat beliau tentang fawa tersebut : “Ini adalah suatu kesalahan dari Lajnah dan aku merasa terganggu dengan adanya fatwa ini. Fatwa ini telah memecah-belah kaum muslimin diseluruh negeri sampai-sampai mereka menghubungiku baik dari Amerika maupun Eropa. Tidak ada yang dapat mengambil manfaat dari fatwa ini melainkan takfiriyun (tukang mengkafirkan) dan tsauriyun (para pemberontak)”. Beliau juga berkata : “Saya tidak suka keluarnya fatwa ini, karena membuat bingung manusia. Dan nasehatku kepada para penuntut ilmu agar tidak terlalu berpegang teguh dengan fatwa fulan atau fulan”.
Selasa, 22 Mei 2007 10:46:51 WIB
Penulis berkata : “Tujuan penulisan buku ini ialah menyampaikan nasehat-nasehat kepada sebagian kalangan Salafi yang cenderung bersikap berlebihan di dalam dakwahnya. Nasehat itu disampaikan tentu demi kebaikan dakwah Salafiyah di Indonesia, bukan dalam rangka menyerang atau menjatuhkan nama baik pihak-pihak tertentu. Sebagai hujjah bagi nasehat-nasehat yang disampaikan, saya kemukakan dalil-dalil syar’iyyah, bukti-bukti yang saya ketahui, serta petunjuk-petunjuk referensi. Selain itu, dalam buku ini saya mencoba menghindari kata-kata yang bersifat menghina atau melecehkan. Hanya di beberapa tempat tertentu saya terpaksa mengutarakan ungkapan-ungkapan yang mungkin dianggap sinis”. Kami katakan : Jika buku ini benar-benar ditulis untuk kebaikan dakwah Salafiyyah, pastilah akan membela para ulama dakwah Salafiyyah dari tuduhan-tuduhan dusta ahli bid’ah, tetapi kenyataannya buku ini justru berisi talbis terhadap manhaj salafi.
Senin, 11 September 2006 13:41:12 WIB
Menurut riwayat Ath Thabari yang sanadnya hasan, dari Qatadah. Dia menafsirkan ayat pertama surat Al Fil dengan mengatakan: “Abrahah Al Asyram datang dari Habasyah. Dia didukung pasukan dari Yaman menuju Baitullah untuk menghancurkannya, lantaran rumah ibadah mereka yang di Yaman dinodai bangsa Arab. Mereka menyerang dengan pasukan gajah. Ketika sampai di daerah Shifah, gajah tersebut duduk. Gajah ini, bila dihadapkan ke arah Baitullah, maka akan tetap berhenti. Tapi bila mereka mengarahkannya menuju negeri asal mereka, dengan sigap berdiri dan berlari-lari kecil. Tatkala, mereka berada di Nakhlah Yamaniah, Allah mengirimkan burung putih yang sangat banyak. Setiap satu ekor burung membawa tiga batu, dua di kakinya dan satu di paruhnya. Burung-burung ini melempari mereka dengan batu-batu itu, sampai Allah menjadikan mereka bak dedaunan yang dimakan ulat. Abrahah selamat dari kematian di tempat peristiwa itu. Namun tidaklah ia melewati satu daerah, kecuali sebagian daging dari tubuhnya berjatuhan, sampai akhirnya ia dapat menemui kaumnya dan memberi informasi kepada mereka, dan akhirnya mati
Senin, 21 Agustus 2006 11:37:28 WIB
Tulisan-tulisan Muhammad Ghazali yang akhir-akhir ini banyak tersebar di sana-sini, seperti bukunya yang berjudul As-Sunnah An-Nabawiyah baina Ahlil Hadits, di mana dia sendiri termasuk kategori da'i-da'i semacam itu, yaitu para da'i yang kebingungan. Sebelumnya kami telah membaca buku ini dan memberi komentar terhadap beberapa Hadits yang terdapat di dalamnya, serta koreksi-koreksi dalam beberapa masalah fiqh. Sebagian dari tulisan yang ada dalam buku itu penuh dengan hal-hal yang menunjukkan kebingungannya, penyimpangannya dari Sunnah Nabi Shallallaahu 'alahi wa sallam dan menjadikan akalnya sebagai hakim dalam mengesahkan atau mendha'ifkan hadits. Ia tidak mau berpegang pada dasar-dasar ilmu Hadits atau para ahli atau mereka yang tahu seluk beluk Hadits. Bahkan hal yang sangat aneh dilakukannya ialah men-shahihkan hadits yang jelas-jelas dha'if.
First Prev 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Next Last