Kategori Al-Masaa'il
Kamis, 20 Maret 2008 06:38:19 WIB
Daulah Su’udiyyah atau negeri Saudi Arabia adalah salah satu daulah di jazirah Arabiyyah yang dikenal sebagai pembela dakwah Salafiyyah yang gigih sejak berdirinya hingga saat ini. Usaha yang agung dari dauluah Su’udiyyah di dalam mendakwahkan Islam yang haq menyejukkan mata dan membesarkan hati setiap muslim yang cinta kepada Islam yang haq, tetapi sebaliknya membuat geram dan panas orang-orang yang hatinya diselubungi oleh kebatilan dan kebid’ahan! Di antara orang-orang yang sangat dengki kepada perjuangan daulah Su’udiyyah adalah seseorang yang menyebut dirinya Abu Muhammad Al-Maqdisi di dalam bukunya yang berjudul Kawasyif Jaliyyah fi Kufri Daulah Su’udiyyah – Edisi Indonesia : Saudi di Mata Seorang Al-Qaidah. Dengan izin Allah telah sampai kepada kami kitab bantahan terhadap kitab Kawasyif di atas yang berjudul Tabdid Kawasyifil Anid fi Takfirihi Lidaulati Tauhid oleh Syaikh Abdul Aziz Ar-Ris dengan kata pengantar Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Abdul Muhsin Al-Ubaikan dan Syaikh Abdullah Al-Ubailan.
Minggu, 27 Januari 2008 15:16:44 WIB
Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat. Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen : Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah ku-kumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yang saya miliki adalah terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Italia.
Kamis, 6 Desember 2007 02:53:18 WIB
Buku ini beracun karena tidak berpijak pada pijakan baku. Penulisnya berterus terang, “Aku tidak mengambil apa-apa yang tertuang dalam kitab sirah dan hadits karena aku lebih mengutamakan dalam bahasanku ini dengan metode ilmiah”. Lantaran itu, dia berpijak pada akal sehingga hampir-hampir mengingkari hubungan wahyu dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah orang yang memberikan kata pengantar kitabnya, Syaikh Musthafa Al-Maraghi (Syaikh Al-Azhar). Katanya, “Mukjizat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang hebat ini tidak ada kecuali apa yang ada di Al-Qur’an, dan dia adalah mukjizat yang rasional. Dengan demikian, buku ini hanya untuk mengedarkan sifat kepahlawanan, keagungan, kepemimpinan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan semacamnya. Sebagai ganti dari sifat kenabian, wahyu dan risalah, dan untuk menutupi sifat-sifat tersebut serta menjauhkan dari memikirkannya. Oleh karena itu. Dr Haekal tidak menyebutkan mukjizat kauni (keanehan alam) dengan dalih bahwa hal itu tidak rasional.
Selasa, 14 Agustus 2007 12:49:58 WIB
Aku membaca kisah ini di Subulus-Salam karya Ash-Shan’ani, di mana beliau menyandarkannya pada kitab Al-Hilyah dan aku kagum dengannya. Saat itu akan belum bisa membedakan antara yang shahih dan yang maudhu (palsu). Terbayang dalam pikiranku tentang keadilan dan kejujuran Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, begitu pula sang qadhi Syuraih bin Al-Harits Al-Kindi rahimahullahu. Selang beberapa lama aku menelaah kitab Al-Abathil karya Al-Jauzaqani, di mana beliau menyebutkan kisah ini di dalamnya sebagai kisah yang batil. Ketika aku melihat banyak orang yang kagum dengan kisah ini seperti halnya aku dulu, ada yang menceritakannya dalam ceramah dan ada yang menulisnya di majalah, sementara yang lain menulisnya dalam buku karangannya, padahal kisah ini sendiri tidak benar, maka aku memandang perlu menyebutkan pernyataan para ulama mengenai kisah ini.
Senin, 13 Agustus 2007 01:34:27 WIB
Asy-Syaikh Ahmad bin Abdul Hamid Al-Abbasi rahimahullahu, yang wafat pada abad kesepuluh hijriyah, berkata dalam kitab beliau ‘Umdatul Al-Akhbar Fi Madinaatil Mukhtar (hal.124) : “Pada tahun 678H, Sultan Raja Al-Manshur Qalawun ash-Shalihi, ayah dari sultan Raja An-Nashir Muhammad bin Qalawun, memerintahkan agar kubah dibangun diatas kamar yang mulia tersebut, tepatnya di atas atap masjid. Dibangun dengan batu bata merah setinggi setengah badan, agar bisa dibedakan antara atap kamar yang mulia ini dan atap masjid di sekitarnya yang juga dibangun dengan batu bata merah, maka diselesaikanlah kubah ini seperti yang terlihat sekarang ini …. dst. Sampai akhir perkataan beliau rahimahullahu
Sabtu, 11 Agustus 2007 01:09:25 WIB
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata dalah kitab Al-Jawabul Bahir (hal.71) : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikuburkan di kamar Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dan kamar tersebut serta kamar-kamar isteri-isteri Rasulullah yang lain berada di sisi timur masjid, kiblat dahulunya tidak masuk dalam kawasan masjid, bahkan berada di luar antara kamar dan masjid. Akan tetapi pada pemerintahan Al-Walid, masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperluas, Al-Walid gemar merenovasi dan membangun masjid. Beliau memperluas Masjidil Haram, Masjid Damasyqus dan yang lainnya. Beliau memerintahkan wakilnya di Madinah (Umar bin Abdul Aziz) membeli rumah-rumah dari pemiliknya, yang sebelumnya mewarisinya dari isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu menambahkannya ke dalam masjid.
First Prev 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Next Last
