Kategori Kitab : Aqidah (Syarah)

Nifaq; Definisi Dan Jenisnya

Jumat, 25 Nopember 2011 11:01:17 WIB

Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) : Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan ber-bagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafiq jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama ummat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafiq menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu: Pertama : Mendustakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa. Kedua : Membenci Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa. Ketiga : Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam. Keempat : Tidak senang dengan kemenangan Islam.

Al-Wa’du Dan Al-Wa’iid

Senin, 27 Juli 2009 16:26:27 WIB

Ahlus Sunnah tidak memastikan adzab bagi setiap orang yang diancam dengan siksaan (kecuali bagi orang yang mengerjakan kekufuran). Karena bisa jadi Allah mengampuni dengan sebab ketaatannya, taubatnya, musibah-musibah yang dialaminya dan sakit yang dapat menghapuskan dosa-dosanya dan yang lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.’” Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa setiap makhluk mempunyai ajal kematian. Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Apabila telah datang ajalnya, maka tidak dapat ditangguhkan dan disegerakan sesaat pun juga. Maka sesungguhnya kematiannya akan datang pada waktu yang telah ditentukan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya....”

Berhukum Dengan Apa Yang Diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Minggu, 26 Juli 2009 16:08:14 WIB

Keadaan orang yang menghukumi dengan selain yang diturunkan Allah Azza wa Jalla adalah sebagai berikut: Kalau ia meninggalkan hukum Allah Azza wa Jalla dan menganggap halal perbuatannya itu, atau karena memandang bahwa ia dibebaskan memilih dalam masalah ini, atau berpendapat bahwa hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak layak untuk mengurusi problem masyarakat, atau bahwa hukum selain hukum Allah lebih baik bagi mereka, maka dia adalah kafir keluar dari agama setelah terpenuhi syarat-syarat dan tidak adanya penghalang. Ini sesuai dengan apa yang difatwakan para ulama yang lurus dalam pemahaman agama. Kalau ia meninggalkan hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala karena hawa nafsu, maslahat, rasa takut, atau karena suatu penafsiran sementara ia mengakui hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala itu dan ia yakin bahwa ia salah dan menyimpang, maka ia terjatuh pada kufur ashgar (kekufuran kecil) dan dianggap melakukan perbuatan yang lebih besar dosanya daripada makan riba, dan lebih besar pula dari zina, lebih keras dari minum khamr, tetapi kekafirannya adalah kufrun duna kufrin (kekafiran di bawah tingkat kekafiran sesungguhnya/ kekafiran yang tidak mengeluarkan dari Islam) sebagaimana yang disampaikan oleh para Imam Salaf dan ulama-ulama mereka.

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Mengikuti Sunnah Rasulullah Secara Lahir Dan Bathin

Sabtu, 25 Juli 2009 14:32:39 WIB

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, ketika menjelaskan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam masalah-masalah prinsip tertentu, beliau menyebutkan manhaj yang menyeluruh dalam agama ini, baik masalah ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), bahwa mereka (Ahlus Sunnah) itu menempuh jalan yang lurus dan pegangan yang bermanfaat dari al-Kitab dan As-Sunnah, mereka mengikuti orang yang paling tahu tentang Islam dan paling dalam ilmunya, serta paling ittiba’ kepada Al-Qur-an dan As-Sunnah, yaitu para Sahabat Radhiyallahu anhum. Mereka mengikuti Khulafaur Rasyidin secara khusus, serta mereka berjalan di jalan Allah dengan diiringi prinsip-prinsip yang mulia ini. Apapun yang dikatakan manusia atau merupakan pendapat-pendapat madzhab di mana orang mengikutinya, maka Ahlus Sunnah menimbang dengan tolok ukur Al-Qur-an, As-Sunnah dan ijma’ Sahabat dari generasi terbaik umat ini, maka luruslah jalan mereka. Ahlus Sunnah selamat dari bid’ah-bid’ah perkataan yang menyalahi apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat dalam masalah i’tiqad, sebagaimana mereka selamat dari bid’ah-bid’ah amaliyah, mereka tidak beribadah dan tidak mengadakan syari’at melainkan dengan apa yang disyari’atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ahlus Sunnah Memuliakan Para Sahabat Radhiyallahu Anhum

Rabu, 22 Juli 2009 15:10:26 WIB

Termasuk dari prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah yaitu menjaga hati dan lisan mereka terhadap para Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mereka menerima apa yang datang dari Al-Qur-an, As-Sunnah dan Ijma’ tentang keutamaan-keutamaan dan kedudukan mereka. Ahlus Sunnah juga mengakui keutamaan seluruh Sahabat, karena mereka (para Sahabat Radhiyallahu anhum) adalah ummat yang paling tinggi akhlak dan perangainya. Meskipun demikian Ahlus Sunnah tidak melewati batas terhadap para Sahabat, dan mereka tidak mempunyai keyakinan tentang kema’shuman para Sahabat, bahkan mereka melaksanakan hak-hak para Sahabat dan mencintainya, karena mereka mempunyai hak yang besar atas seluruh ummat ini, kita dianjurkan untuk mendo’akan mereka. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'ala firmankan: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) berdo’a: ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Mahapenyantun lagi Mahapenyayang.’” Do’a ini adalah do’anya orang-orang yang mengikuti kaum Muhajirin dan Anshar dengan kebaikan, yang menunjukkan atas kesempurnaan cinta mereka kepada para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Karamah Para Wali

Senin, 20 Juli 2009 10:41:20 WIB

Tentang karamah para wali, telah dibahas oleh para ulama Ahlus Sunnah karena ada golongan yang mengingkari tentang adanya karamah para wali. Mereka adalah golongan Mu’tazilah, Jahmiyyah dan sebagian dari Asy’ariyyah. Ada juga golongan yang ghuluw (berlebih-lebihan) dalam menetapkan karamah, mereka meyakini dan mengatakan bahwa setiap yang luar biasa adalah karamah, meskipun itu adalah sihir dan kedustaan. Mereka adalah golongan thariqat Shufiyyah dan penyembah kubur. Adapun Ahlus Sunnah menetapkan karamah para wali sesuai dengan ketentuan al-Qur-an dan Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang shahih. Yang dimaksud dengan karamah adalah apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan melalui tangan para wali-Nya yang mukmin berupa keluarbiasaan, seperti ilmu, kekuasaan dan lainnya. Misalnya makanan yang Allah berikan kepada Maryam binti ‘Imran , naungan yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada ‘Usaid bin Hudhair ketika membaca Al-Qur-an, serta berita-berita mengenai para pemuka dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan generasi berikutnya dari ummat Islam. Karamah tersebut akan tetap ada pada umat ini sampai datangnya hari Kiamat.

First  Prev  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  Next  Last

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin