Kategori Al-Masaa'il

Pembelaan Terhadap Al-Imam Al-Muhaddits Al-Albany Dari Kedustaan Hasan Ali As-Saqqof

Jumat, 13 Februari 2004 14:09:40 WIB



Halaman ke-6 dari 6



KETIDAKADILAN AS-SAQQOF DAN KEFANATIKANNYA TERHADAP GURUNYA MUHAMMAD ZAHID AL-KAUTSARI AL-HANAFI

Diantara tuduhan as-Saqqof al-Haqid (pendengki) ini terhadap Syaikh al-Albani adalah tadh’if (pendhaifan) yang dilakukan oleh Albani terhadap hadits Bukhari dan Muslim atau salah satu dari keduanya. Hal yang serupa juga dilakukan oleh seorang pendengki dari Mesir yang bernama Mahmud Sa’id Mamduh asy-Syafi’i al-Mishri yang menulis kitab Tanbihul Muslim ila Ta'addi al-Albani ’ala Shahih Muslim (Peringatan terhadap Muslim terhadap kelancangan Albani terhadap Shahih Muslim), yang merupakan murid dari Syaikh Abdullah bin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari, lawan Albani yang menulis risalah tipis berjudul Al-Qoul al-Muqni’ fir Raddi ’alal Albani al-Mubtadi’ (Perkataan yang terang di dalam membantah Albani si pelaku bid’ah), ia saudara dari Syaikh Ahmad bin Muhammad ash-Shidiq al-Ghumari, lawan Albani pula yang menulis buku berbahaya bagi aqidah muslim yang berjudul Ihya’ul Maqbuur min Adillati Istihbaabi Bina’il Masjid wal Qobaab ’alal Qubuur (Menghidupkan pekuburan tentang dalil-dalil disunnahkannya membangun masjid dan kubah di atas kuburan). Dan yang merupakan guru besar bagi keduanya adalah Syaikh Muhammad Zahid al-Kautsari al-Hanafi, seorang pembesar dan fanatikus madzhab Hanafi dan penghulu aqidah asy’ari zaman ini. Dia sangat getol sekali di dalam menyerang dan menghantam aqidah ahlus sunnah atau salafiyah dan para ulamanya. Kefanatikan terhadap madzhabnya sangat dikenal sehingga al-Ghumari sendiri membantah dirinya dalam kitab Bida’u at-Tafasir dan menyatakan bahwa al-Kautsari ini adalah orang yang fanatik buta dan ghuluw pada Imam Abu Hanifah.

Al-Kautsari, tidak jauh beda dengan muridnya, as-Saqqof, sangat membenci Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya, terutama Syaikhul Islam kedua Ibnul Qoyyim. Mereka menuduh bahwa Syaikhul Islam adalah mujassim dan beraqidah tahayyuz, sehingga mereka memerangi aqidah salafiyah yang mengajarkan kemurnian aqidah. Syaikh Zuhair asy-Syawisy membantah al-Kautsari di dalam hasyiah (foot note) beliau terhadap kitab Syarh Ath-Thohawiyah lil Albani. Samahatus Syaikh al-Allamah Mu’allimi al-Yamani membantah dan membongkar kedok kesesatannya di dalam kitab yang berjudul at-Tanqiil bima fii Ta'nibil Kautsari minal Abathil.

As-Saqqof dan al-Mamduh tidak fair. Mereka menghantam Syaikh al-Albany di dalam beberapa hal pendhaifan beliau terhadap beberapa riwayat Muslim dan Bukhari. Padahal al-Kautsari jauh lebih ekstrim di dalam menolak hadits Bukhari Muslim, yang mana al-Kaustari melakukannya didorong oleh fanatik madzhabiyah. Diantara hadits yg ditolak oleh al-Kautsari adalah :

1. Hadits ”Allah menciptakan debu...” yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang ditolaknya di dalam kitab gelapnya al-Asma’ wash Shifaat. (hal. 26,383).

2. Hadits kisah tentang Musa menyebabkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam kembali kepada Allah pada malam Israa’ tentang kewajiban sholat 50 rakaat, yang muttafaq ’alaihi, namun ditolaknya di dalam al-Asma’ wash Shifaat (hal. 189)

3. Hadits tentang dilihatnya Allah pada hari kiamat yang Muttafaq ’alaihi, ditolaknya di dalam al-Asma’ wash Shifat (hal. 292).

4. Hadits tentang hari kiamat bumi akan menjadi dataran putih yang dikeluarkan oleh Bukhari Muslim, ditolaknya dalam al-Asma’ wash Shifat (hal. 320)

5. Hadits tentang ”dimana Allah” kepada seorang budak sahaya wanita yang masih anak-anak yang dikeluarkan oleh Muslim, ditolaknya di dalam al-Asma’ wash Shifat (hal. 421)

Dan masih banyak lainnya, dimana al-Kautsari menolaknya tidak dikembalikan kepada ilmu hadits, namun dia menolaknya karena menyelisihi madzhabnya yang asy’ariyah dan madzhab hanafiyahnya. Namun, anehnya... as-Saqqof si pengkhianat ilmiah ini menyembunyikan kebobrokan gurunya, menutup mata darinya dan mencari kesalahan-kesalahan ulama ahlul atsar dikarenakan kebenciannya terhadap ahlul atsar, dan kefanatikannya terhadap madzhabnya dan gurunya yang Jahmiyah.

Al-Albani berkata tentang al-Kautsari di dalam Syarh Aqidah ath-Thohawiyah, setelah membantah murid al-Kautsari yang bernama Abdul Fattah Abu Ghuddah, seorang yang didaulat sebagai ahli hadits oeh Ikhwanul Muslimin yang berakidah sufi dan jahmi (hal. 45) : ”Zahid al-Kautsari dulunya adalah orang yang berada di atas pengetahuan yang dalam terhadap ilmu hadits dan para perawinya, namun sungguh disayangkan, ilmunya menjadi hujjah atasnya (yang melawannya) dan menyedihkan, karena ilmunya tidak menambah hidayah dan cahaya kebenaran baginya, tidak di dalam masalah furu’ tidak pula di dalam masalah ushul. Dia adalah seorang Jahmiyah yang menolak sifat-sifat Allah. Seorang Hanafiyah yang binasa karena kefanatikannya. Dia sangat kasar di dalam menghantam Ahlul Hadits, baik terdahulu maupun yang belakangan. Dia, di dalam masalah aqidah, memberi gelar Ahlul Hadits dengan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) dan tajsim (mengatakan Allah punya jism). Dia gelari mereka (Ahlul Hadits) di dalam muqoddimah Saifus Saqiil-nya sebagai Hasyawiyah Jahil. Dia mengatakan bahwa Kitabut Tauhid Ibnu Khuzaimah adalah buku kesyirikan! Dan ia menuduh Imam Ibnu Khuzaimah sebagai mujassim dan jahil terhadap ushuludin. Di dalam masalah fikih, ia menuduh Ahlul Hadits itu jumud (kaku) dan pemahamannya pendek, dan penyandang kitab-kitab. Di dalam masalah hadits, ia mencerca habis hampir 300 perawi yang mayoritasnya adalah perawi yang tsiqoh dan dhabit. Diantaranya adalah 80 haafizh, dan sejumlah Imam seperti Imam Malik, asy-Syafi’i dan Ahmad. Ia menjelaskan bahwa ia tidak menganggap Syaikh Ibnu Hayyan sebagai orang yang tsiqoh, tidak pula al-Khatib al-Baghdadi dan yang semisalnya. Dia juga menyatakan bahwa Imam Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal yang secara sendirian meriwayatkan Musnad (Imam Ahmad) sebagai pendusta. Dan dia menyatakan bahwa Musnad Imam Ahmad tidak dianggap sebagai kitab Musnad yang perlu dirujuk sebagai referensi sebagaimana termaktub dalam kitabnya al-Isyfaq ’ala Ahkamit Thalaq (hal. 23)... dia juga menyatakan dhaif hadits-hadits yang disepakati kesahihannya, walaupun hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim sekalipun... di sini lain, dia menshahihkan hadits yang mendukung kefanatikannya terhadap madzhabnya, yang mana setiap orang yang memiliki ilmu hadits dapat mempersaksikan kelemahannya ataupun kepalsuannya. Seperti hadits : ”Abu Hanifah adalah pelita ummat ini”, dan perkara lainnya yang tidak mungkin menyebutkan dan memaparkannya semua di sini. Al-Allamah Abdurrahman al-Mu’allimi al-Yamani membantah dirinya secara baik dan ilmiah di dalam kitabnya Tali’atut Tankil dan at-Tankil bima fi Ta'nibil Kautsari minal Abaathil, jadi barangsiapa yang menghendaki kebenaran silakan merujuk kepadanya dan ia akan mendapatkan hal yang lebih parah ketimbang apa yang telah disebutkan di sini.”

Al-Ghumari –yang bermadzhab Syafi’i- membantahnya pula di dalam Bid’atut Tafasir (hal. 180-181) yang menyingkap kebatilan al-Kautsari : ”Kita sering menjadi terkagum dengan al-Kautsari di dalam ilmu dan kecermatannya di dalam meneliti sebagaimana kita juga tidak menyukai kefanatikan yang luar biasa terhadap Hanafiyah, kefanatikan yang melebihi fanatiknya Zamakhsyari terhadap Mu’tazilah. Sampai-sampai ke suatu tingkat dimana saudara kami tercinta, al-Hafizh Abul Faidh (Ahmad al-Ghumari, pent.) biasa menyebut dirinya, ”Majnun Abi Hanifah”. Dan ketika aku diberi hadiah bukunya yang berjudul Ihqaaqul Haq yang berhubungan dengan bantahan terhadap risalah Imam al-Haramain yang lebih memilih madzhab Syafi’i, aku melihatnya dia

prev 1 2 3 4 5 6 

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin