Kategori Kitab : Qadha & Qadar
Jumat, 7 Mei 2004 08:04:50 WIB
Tingkatan manusia dalam menghadapi musibah diantaranya ridha : Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. ia pun tidak merasa berat memikulnya. Ini dianjurkan dan tidak wajib menurut pendapat yang kuat. Perbedaan tingkatan ini dengan tingkatan sebelumnya nampak jelas karena adanya musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha. Adapun pada tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia tetap bersabar. Kemudian, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur atas musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah menambah kebaikannya.
Senin, 15 Maret 2004 09:08:34 WIB
Kerusakan di muka bumi dzatnya dibenci oleh Allah Ta'ala karena Allah tidak menyukai kerusakan dan orang-orang yang melakukannya. Tetapi hukum yang dikandungnya disukai oleh Allah Azza wa Jalla dari satu sisi, demikian juga berlaku sombong di muka bumi. Misalnya kekurangan hujan, paceklik, sakit dan fakir yang ditetapkan Allah Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya tidak disukai oleh Allah pada dzatnya, karena Allah tidak suka menyakiti hamba-hamba-Nya dengan sesuatu dari hal-hal itu, sebaliknya Dia menghendaki kemudahan bagi hamba-hamba-Nya. Tetapi Dia mentaqdirkan hukum yang timbul karena musibah tadi, sehingga dicintai Allah dari satu sisi dan dibenci dari sisi yang lain. Allah Ta'ala berfirman. "Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan karena perbuatan tangan-tangan manusia, agar Dia merasakan kepada mereka sebahagian yang mereka kerjakan mudah-mudahan mereka kembali"
Selasa, 9 Maret 2004 19:04:52 WIB
Terjadinya berbagai kemaksiatan dan kekufuran memiliki hikmah yang banyak, antara lain. Pertama. "Menyempurnakan kalimat Allah Ta'ala, di mana Dia menjanjikan neraka untuk dipenuhinya. Allah berfirman"."Artinya : Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabb-mu telah ditetapkan : Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia semuaya". Kedua. "Menampakkan hikmah Allah Ta'ala dan kekuasan-Nya, di mana Dia membagi hamba-hamba-Nya menjadi dua golongan ; yang taat dan durhaka. Pembagian ini menjelaskan hikmah Allah Azza wa Jalla, keta'atan ada yang melakukannya dan merekalah ahlinya. Demikian pula kemaksiatan ada yang melakukannya dan merekalah ahlinya. Allah Ta'ala berfirman. "Allah lebih mengetahui di mana Dia meletakkan tugas kerasulan"
Sabtu, 6 Maret 2004 11:55:48 WIB
Jawabannya sederhana saja ; apakah kamu melihat yang ghaib atau kamu telah mengambil kesepakatan dengan Allah ? Jika ia menjawab : Ya, berarti ia kufur, karena ia mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Dan jika ia menjawab : Tidak, ia kalah. Jika kamu tidak mengetahui bahwa Allah belum menetapkan hidayah kepadamu, maka mintalah hidayah, karena Allah tidak menahan hidayah kepadamu, bahkan Dia menyerumu kepada hidayah, Dia berkeingiinan agar kamu memperoleh hidayah seraya mengingatkanmu dari kesesatan dan melarangmu dari padanya. Dan Allah tidak berkehendak meninggalkan hamba-hamba-Nya dalam kesesatan selama-lamanya. Dia berfirman. "Allah menerangkan kepadamu supaya kamu tidak sesat"
Kamis, 4 Maret 2004 11:03:19 WIB
Mengkompromikan di antara kedua ayat itu adalah sebagai berikut ; Allah Ta'ala memberitahukan dalam sebagian ayat-Nya bahwa semua urusan ada dalam kekuasaan-Nya. Dan dalam sebagian ayat lainnya memberitahukan bahwa semua perkara itu kembali kepada mukallaf. Mengkompromikannya begini : setiap mukallaf memiliki kehendak, ikhtiar dan kemampuan. Sementara yang menciptakan kehendak, ikhtiar dan kemampuan tersebut adalah Allah Azza wa Jalla. Maka tidak mungkin seorang makhluk memiliki kehendak kecuali dengan kehendak Allah. Allah Ta'ala berfirman tentang penjelasan kompromi ini. " Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam"
Selasa, 2 Maret 2004 17:58:49 WIB
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : " Tentang sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Sesungguhnya seseorang selalu beramal dengan amalan ahli jannah sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan jannah kecuali hanya sehasta. Namun ketetapan telah mendahuluinya sehingga ia melakukan amalan ahli neraka, lalu iapun memasukinya. Dan seorang yang senantiasa beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali hanya sehasta. Namun ketetapan telah mendahuluinya, sehingga ia melakukan amalan ahli jannah dan iapun memasukinya". Apakah hadits ini bertentangan dengan firman Allah Ta'ala : "Sesungguhnya kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang membaguskan amalannya"
First Prev 1 2 3 4 5 6 7 Next Last
