Kategori Kitab : Qadha & Qadar
Senin, 31 Juli 2006 15:04:07 WIB
Mereka yang menganut pendapat ini sebenarnya telah mengingkari salah satu aspek dari rububiyah Allah, dan berprasangka bahwa ada dalam kerajaan Allah ini apa yang tidak dikehendaki dan tidak diciptakanNya. Padahal Allah-lah yang menghendaki segala sesuatu, menciptakannya dan menentukan qadar (taqdir)nya. Sekarang, kalau semuanya kembali kepada kehendak Allah dan segalanya berada di Tangan allah, lalu apakah jalan dan upaya yang akan ditempuh seseorang apabila dia telah ditakdirkan Allah tersesat dan tidak mendapat petunjuk? Jawabnya : bahwa Allah menunjuki orang-orang yang patut mendapat petunjuk dan menyesatkan orang-orang yang patut menjadi sesat. Firman Allah : "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."
Sabtu, 11 Februari 2006 14:39:13 WIB
Seandainya kita mengambil dan mengikuti pendapat golongan pertama, yaitu mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadar, niscaya sia-sialah syari'at ini dari semula. Sebab bila dikatakan bahwa manusia tidak mempunyai kehendak dalam perbuatannya, berarti tidak perlu dipuji atas perbuatan yang terpuji dan tidak perlu dicela atas perbuatan yang tercela. Karena pada hakikatnya perbuatan tersebut dilakukan tanpa kehendak dan keinginan dirinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Allah Tabaraka wa Ta'ala -Mahasuci Allah dari pendapat dan pemahaman yang demikian ini- adalah zhalim jika mengadzab dan menyiksa orang yang berbuat maksiat, sebab perbuatan maksiat tersebut terjadi bukan dengan kehendak dan keinginanny.
Jumat, 16 September 2005 09:52:20 WIB
Umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah dalam tiga golongan, diantaranya : Mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadar dan menolak adanya kehendak dan kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dan hanyalah disetir dan tidak mempunyai pilihan, laksana pohon yang tertiup angin. Mereka tidak membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi dengan kemauannya dan perbuatan yang terjadi tanpa kemauannya. Tentu saja mereka ini keliru dan sesat, karena sudah jelas menurut agama, akal dan adat kebiasaan bahwa manusia dapat membedakan antara perbuatan yang dikehendaki dan perbuatan yang terpaksa.
Senin, 29 Agustus 2005 06:38:51 WIB
Keimanan kaum muslimin kepada qadha' dan qadar telah mencengangkan banyak kalangan non muslim, lalu mereka menulis tentang perkara ini untuk mengungkapkan ketercengangan mereka dan mencatatkan kesaksian mereka tentang kekuatan tekad kaum muslimin, kebesaran jiwa mereka, dan penyambutan mereka yang baik terhadap berbagai kesulitan hidup. Ini adalah kesaksian yang benar dari kaum yang tidak beriman kepada Allah serta kepada qadha' dan qadar-Nya. Di antara orang-orang yang menulis tentang masalah ini ialah penulis terkenal, R.N.S. Budly, penulis buku Angin di Atas Padang Pasir dan ar-Rasuul, serta 14 buku lainnya. Dan juga orang yang mengemukakan pendapatnya yaitu Del Carnegie dalam bukunya, Tinggalkan Kegalauan dan Mulailah Kehidupan, dalam artikel yang berjudul, Aku Hidup Dalam Surga Allah.
Sabtu, 11 Desember 2004 10:55:46 WIB
Fadhilatusy Syaikh ditanya tentang berhujjahnya orang yang melakukan maksiat –apabila dilarang berbuat maksiat dengan firman Allah : "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Jawaban pertanyaan seperti itu adalah : Apabila ia berhujjah dengan ayat tadi, maka hujjah kita adalah dengan firman Allah Ta'ala : "Beritahukan kepada hamba-hambaKu bahwa Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa siksaKu adalah siksa yang pedih". Dan dengan firmanNya. "Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya. Dan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Jadi apabila didatangkan ayat-ayat yang mengandung pengharapan, datangkan saja ayat-ayat yang mengandung ancaman.
Selasa, 15 Juni 2004 09:04:42 WIB
Maknanya bukan berarti manusia memiliki dua umur ; satu umur bila ia menyambung tali silaturahim dan satu umur lagi bila ia tidak menyambungnya. Karena umur itu hanya satu dan yang ditetapkan juga satu. Dan manusia yang ditetapkan oleh Allah akan menyambung tali silaturahim, ia pasti akan menyambungnya dan orang yang ditetapkan oleh Allah akan memutuskannya, pasti ia akan memutuskannya, tidak bisa tidak. Akan tetapi Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bermaksud menganjurkan umat ini untuk melakukan sesuatu yang mengandung kebaikan. Seperti kita mengatakan ; siapa yang ingin memiliki anak, hendaklah ia menikah. Nikah telah ditetapkan, demikian pula anak telah ditetapkan. maka apabila Allah menghendaki anda memiliki anak, berarti Dia menghendaki anda menikah. Demikian pula rizki telah ditetapkan sejak azali dan juga telah ditetapkan bahwa anda akan menyambung tali silaturahim. Akan tetapi anda tidak mengetahui tentang persoalan ini, maka Nabi memotivasi dirimu.
First Prev 1 2 3 4 5 6 7 Next Last