Kategori Alwajiz : Makanan

Aqiqah

Sabtu, 14 Agustus 2004 23:16:53 WIB

‘AQIQAH


Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi



Definisi ‘Aqiqah
Al-‘Aqiqah ( اَلْعَقِيْقَةُ ) dengan huruf ‘ain yang difat-hahkan adalah satu nama untuk sesuatu yang disembelih karena kelahiran anak.

Hukum ‘Aqiqah
‘Aqiqah hukumnya wajib bagi seorang ayah yang dilahirkan baginya seorang anak. Untuk anak laki-laki (‘aqiqahnya dengan menyembelih) dua ekor kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing.

Dari Sulaiman bin ‘Amir ad-Dhabiy, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيْقَةٌ، فَأَهْرِيْقُوْا عَنْهُ دَمًا، وَأُمِيْطُوْا عَنْهُ اْلأَذَى.

‘Bersama (kelahiran) seorang anak laki-laki (ada kewajiban) ‘aqiqah, dialirkan atas kelahirannya darah (hewan kurban), dan dihilangkan kotoran yang ada padanya.’” [1]

Dan dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata,

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ أَنْ نَعُقَّ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَيْنِ، وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةً.

“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami menyembelih dua ekor kambing ‘aqiqah untuk seorang anak laki-laki dan satu ekor kambing ‘aqiqah untuk seorang anak perempuan.” [2]

Dan dari al-Hasan dari Samurah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

اَلْغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، ويُحْلَقُ رَأْسُهُ ويُسَمَّى.

“Semua anak (yang lahir) tergadaikan dengan ‘aqiqahnya, disembelihkan (kambing ‘aqiqah) untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” [3]

Waktu ‘Aqiqah
Disunnahkan menyembelih ‘aqiqah pada hari ketujuh dari hari kelahirannya, apabila hari ketujuh itu luput, maka pada hari keempat belas dan apabila hari keempat belas itu luput, maka pada hari ke dua puluh satu.

Dari Buraidah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

اَلْعَقِيْقَةُ تُذْبَحُ لِسَبْعٍ، أَوْ ِلأَرْبَعَ عَشَرَةَ، أَوْ ِلإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ.

“‘Aqiqah disembelih pada hari ketujuh atau hari keempat belas atau hari kedua puluh satu.”[4]

Hal-Hal Yang Disunnahkan Untuk Dilaksanakan Yang Merupakan Hak Anak Yang Dilahirkan

1. Mentahniknya
Dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu, ia berkata.

وُلِدَ لِي غُلاَمٌ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ j، فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيْمَ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ، وَدَعَا لَهُ بِالْبِرَكَةِ؛ وَدَفَعَهُ إِلَيَّ.

‘Aku dianugerahi seorang anak, kemudian aku membawanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau menamainya dengan Ibrahim, mentahniknya• dengan kurma serta mendo’akannya agar ia diberkahi. Kemudian beliau menyerahkannya kembali kepadaku.’”

Bayi itu adalah anak Abu Musa yang paling besar.[5]

2. Mencukur rambutnya pada hari ketujuh dan bersedekah dengan perak seberat rambut yang dicukur
Dari al-Hasan dari Samurah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

اَلْغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، ويُحْلَقُ رَأْسُهُ ويُسَمَّى.

“Semua anak (yang lahir) tergadaikan dengan ‘aqiqahnya, disembelihkan (kambing ‘aqiqah) untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” [6]

Dari Abu Rafi’ bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Fathimah ketika ia melahirkan al-Hasan:

اِحْلِقِي رَأْسَهُ وَتَصَدَّقِي بِوَزْنِ شَعَرِهِ مِنْ فِضَّةٍ عَلَى الْمَسَاكِيْنِ.

“Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat rambutnya (yang dicukur) kepada orang-orang miskin.” [7]

3. Dikhitan pada hari ketujuh
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani dalam kitab al-Mu’jamush Shaghiir. [8]

Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ j عَقَّ عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ، وَخَتَنَهُمَا لِسَبْعَةِ أَيَّامٍ.

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengadakan ‘aqiqah karena kelahiran al-Hasan dan al-Husain dan mengkhitan keduanya pada hari yang ketujuh.”

Dan juga hadits yang beliau riwayatkan dalam al-Aushath. [9]

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:

سَبْعَةٌ مِنَ السُّنَّةِ فِي الصَّبِيِّ يَوْمَ السَّابِعِ: يُسَمَّى، وَيُخْتَنُ وَيُمَاطُ عَنِ اْلأَذَى، وَتُثْقَبُ أُذُنُهُ، وَيُعَقَّ عَنْهُ، وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ، وَيُلْطَخُ بِدَمِ عَقِيْقَتِهِ، وَيُتَصَدَّقُ بِوَزْنِ شَعْرِهِ رَأْسِهِ ذَهَبًا أَوْ فِضَّةً.

“Tujuh hal yang termasuk Sunnah bagi bayi pada hari ketujuh adalah; (1) diberi nama, (2) dikhitan dan dihilangkan kotoran darinya, (3) dilubangi daun telinganya, (4) di‘aqiqahi, (5) dicukur rambutnya, (6) dilumuri darah hewan ‘aqiqahnya, dan (7) bersedekah dengan emas atau perak seberat rambutnya.”

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 2562)], Shahiih al-Bukhari (IX/590, no. 5472), Sunan Abi Dawud (VIII/41, no. 2822), Sunan at-Tirmidzi (III/35, no. 1551), Sunan an-Nasa-i (VII/164).
[2]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 2561)], Sunan Ibni Majah (II/1056, no. 3163), Sunan at-Tirmidzi (III/35, no. 1549).
[3]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 2563)], Sunan Ibni Majah (II/1056, no. 3165), Sunan Abi Dawud (VIII/38, no. 2821), Sunan at-Tirmidzi (III/38, no. 1559), Sunan an-Nasa-i (VII/166).
[4]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4132)], al-Baihaqi (IX/303).
• Tahnik adalah memberikan kurma yang telah dihaluskan dan mengoleskan-nya pada langit-langit mulut bayi yang baru lahir.-pent.
[5]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/587, no. 5467) lafazh hadits di atas adalah milik beliau, Shahiih Muslim (III/1690, no. 2145) tanpa perkataannya: “Serta mendo’akannya,” dan seterusnya.
[6]. Hadits ini telah ditakhrij.
[7]. Hasan: [Irwaa-ul Ghaliil (no. 1175)], Ahmad (VI/395), al-Baihaqi (IX/304).
[8]. Ath-Thabrani dalam ash-Shaghiir (II/122, no. 891), al-Baihaqi (VIII/328).
[9]. Ath-Thabrani dalam al-Ausath (I/334, no. 562) dibawakan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam kitab Tamaamul Minnah (hal. 68). Walaupun kedua hadits ini dha’if namun masing-masing saling menguatkan yang lainnya, sebab jalan periwayatannya berbeda dan dalam sanadnya tidak ada perawi yang tertuduh (pendusta).
Satu hal yang perlu diingatkan bahwa dilarang melumurkan darah hewan sembelihan pada bayi.

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin