Kategori Kitab : Qadha & Qadar

Tingkatan-Tingkatan Qadar : Al-Masyii-ah, Al-Khalq

Selasa, 4 Agustus 2009 02:01:24 WIB

TINGKATAN-TINGKATAN QADAR DAN RUKUN-RUKUNNYA


Oleh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd



Iman kepada qadar berdiri di atas empat rukun yang disebut tingkatan-tingkatan qadar atau rukun-rukunnya, dan merupakan pengantar untuk memahami masalah qadar. Iman kepada qadar tidak sempurna kecuali dengan merealisasikannya secara keseluruhan, sebab sebagiannya berkaitan dengan sebagian lainnya. Barangsiapa yang memantapkannya secara keseluruhan, maka keimanannya kepada qadar telah sempurna, dan barangsiapa yang mengurangi salah satu di antaranya atau lebih, maka keimanannya kepada qadar telah rusak. Rukun-rukun tersebut ialah:

1. Al-‘Ilm (ilmu).
2. Al-Kitaabah (pencatatan).
3. Al-Masyii-ah (kehendak).
4. Al-Khalq (penciptaan).

Sebagian penya’ir menyenandungkannya dengan ucapannya:
Ilmu, catatan Pelindung kita, Kehendak-Nya
dan penciptaan-Nya, yaitu mengadakan dan membentuk

Tingkatan Ketiga: Al-Masyii-ah (Kehendak).
Tingkatan ini mengharuskan keimanan kepada masyii-ah Allah yang terlaksana dan kekuasaan-Nya yang sempurna. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, dan bahwa tidak ada gerak dan diam, hidayah dan kesesatan, melainkan dengan masyii-ah-Nya.

“Tingkatan ini ditunjukkan oleh Ijma’ (kesepakatan) para Rasul, sejak Rasul pertama hingga terakhir, semua kitab yang diturunkan dari sisi-Nya, fitrah yang padanya Allah menciptakan makhluk-Nya, serta dalil-dalil akal dan logika.” [1]

Nash-nash yang menunjukkan dasar ini sangat banyak sekali dari al-Qur-an dan as-Sunnah, di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

"Dan Rabb-mu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya… ." [Al-Qashash: 68]

Firman Allah yang lain:

"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam." [At-Takwiir: 29]

Dan firman Allah:

"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,’ kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah… .’" [Al-Kahfi: 23-24]

Juga firman-Nya:

"Kalau sekiranya Kami turunkan Malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu kehadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki… ." [Al-An’aam: 111]

Serta firman-Nya:

"…Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya) niscaya disesatkan-Nya, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk mendapat petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus." [Al-An’aam: 39]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya hati manusia semuanya berada di antara dua jari dari jari-jemari ar-Rahman seperti satu hati, Dia membolak-balikkannya ke mana saja Ia kehendaki.” [2]

Masyii-ah (kehendak) Allah yang terlaksana dan kekuasaan-Nya yang sempurna berhimpun dalam apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, serta berpisah dalam apa yang tidak akan terjadi dan sesuatu yang tidak ada. Apa yang dikehendaki Allah adanya, maka ia pasti ada dengan kekuasaan-Nya, dan apa yang tidak di-kehendaki adanya maka ia pasti tidak ada, karena Dia tidak meng-hendaki hal itu. Bukan karena ketidakadaan kekuasaan-Nya atas hal itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"…Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka saling mem-bunuh. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." [Al-Baqarah: 253]

Maka, tidak berperangnya mereka bukanlah menunjukkan bahwa kekuasaan Allah tidak ada (untuk mengadakan hal itu), akan tetapi karena Allah tidak menghendakinya, dan hal serupa bisa dilihat dalam firman Allah Ta’ala:

"…Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk … ." [Al-An’aam: 35]

Firman Allah yang lain:

"Dan kalau Allah menghendaki niscaya mereka tidak memper-sekutukan(-Nya)… ." [Al-An’aam: 107]

Juga firman-Nya:

"Dan jikalau Rabb-mu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya… ." [Yunus: 99] [3]

Tingkatan Keempat: Al-Khalq (Penciptaan)
Tingkatan ini mengharuskan keimanan bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah, dengan dzat, sifat, dan gerakannya, dan bahwa segala sesuatu selain Allah adalah makhluk yang diadakan dari ketidakadaan, ada setelah sebelumnya tidak ada.

Tingkatan ini ditunjukkan oleh kitab-kitab samawi, disepakati para Rasul, disetujui fitrah yang lurus, serta akal yang sehat. [4] Dalil-dalil mengenai tingkatan ini nyaris tidak terbilang, di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Allah Yang menciptakan segala sesuatu… ." [Az-Zumar: 62]

Firman Allah yang lain:

"Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang … ." [Al-An’aam: 1]

Dan firman-Nya:

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu, siapa-kah di antaramu yang terbaik amalnya… ." [Al-Mulk: 2]

Serta firman Allah:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dari yang satu, dan daripadanya Allah mencip-takan isterinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak… ." [An-Nisaa': 1]

Juga firman Allah:

"Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." [Al-Anbiyaa': 33]

Dan firman-Nya:

"…Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepadamu dari langit dan dari bumi… ." [Faathir: 3]

Imam Al-Bukhari Rahimahullah meriwayatkan dalam kitab Khalq Af’aalil ‘Ibaad dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, dia menuturkan, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah menciptakan semua (makhluk) yang ber-buat dan juga sekaligus perbuatannya.” [5]

Inilah empat tingkatan qadar, yang mana keimanan kepada qadar tidak sempurna kecuali dengannya.

[Disalin dari kitab Al-Iimaan bil Qadhaa wal Qadar, Edisi Indoensia Kupas Tuntas Masalah Takdir, Penulis Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerjemah Ahmad Syaikhu, Sag. Penerbit Pustaka Ibntu Katsir]
__________
Footenotes
[1]. Syifaa-ul ‘Aliil, hal. 92.
[2]. HR. Muslim, (no. 2654).
[3]. Lihat, ash-Shafadiyyah, Ibnu Taimiyyah, (II/109).
[4]. Lihat, Syifaa-ul ‘Aliil, hal. 108.
[5]. Khalq Af’aalil ‘Ibaad, hal. 25.

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin