Kategori Al-Masaa'il : Propaganda
Ucapan, Sesungguhnya Islam Telah Merongrong Hak Wanita Dan Membiarkan Separuh Masyarakat Menganggur
Minggu, 6 April 2008 15:03:56 WIB
HUKUM UCAPAN "SESUNGGUHNYA ISLAM TELAH MERONGRONG HAK WANITA DAN TELAH MEMBIARKAN SEPARUH MASYARAKAT MENGANGGUR"
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sebagian orang ada yang sudah termakan oleh propaganda musuh-musuh Islam melalui publikasi hal-hal yang terencana dan serangan yang terprogram, seperti ucapan mereka, "Sesungguhnya Islam telah merongrong hak wanita di masyarakat dan menon-aktifkannya sehingga hanya diam di rumah serta membuat separuh masyarakat menganggur." Apa komentar anda mengenai hal ini dan sanggahan anda terhadap syubhat-syubhat tersebut?
Jawaban
Komentar saya terhadap hal ini, bahwa ini adalah ucapan yang hanya bersumber dari orang yang jahil terhadap syari'at, terhadap Islam, hak-hak wanita itu sendiri serta terlalu terpukau dengan perilaku dan manhaj yang jauh dari kebenaran yang dilakukan musuh-musuh Allah. Dan alhamdulillah, Islam tidak pernah merongrong hak wanita malah Islam itu adalah agama hikmah yang menempatkan masing-masing orang sesuai dengan proporsinya. Pekerjaan wanita adalah di rumahnya dan tinggalnya dia di rumahnya demi menjaga kehormatan suaminya, mendidik anak-anaknya, mengurusi urusan rumah serta pekerjaan lainnya yang sesuai dengan kodratnya. Demikian pula, laki-laki memiliki spesifikasi pekerjaan yang khusus. Yang tampak adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mencari rizki dan bermanfaat untuk umat. Sementara bila wanita tinggal di rumahnya untuk kemaslahatannya, anak-anak serta suaminya, maka inilah pekerjaan yang sesuai dengannya, yang menjaga dirinya, melindungi dan menjauhkannya dari perbuatan yang keji. Hal ini tidak akan dapat dilakukan bilamana dia keluar dan bergabung dengan lelaki di dalam pekerjaannya.
Seperti yang sudah diketahui bahwa bilamana dia bergabung dengan lelaki di dalam pekerjaannya, maka akan membahayakan sekali bahkan terhadap pekerjaan si lelaki itu sendiri sebab lelaki memiliki keinginan seksual terhadap wanita, bila dia, bersamanya di dalam satu pekerjaan, maka hal ini akan membuatnya sibuk mengurusi si wanita ini apalagi bila dia masih muda dan berparas cantik. Dengan begitu, si laki-laki ini akan melupakan pekerjaannya dan dia tidak akan dapat bekerja secara prima.
Siapa saja yang merenungi kondisi kaum muslimin pada permulaan Islam, maka dia pasti akan mengetahui bagaimana mereka menjaga dan melindungi wanita-wanita pada masa mereka serta bagaimana mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka secara prima.
[Alfazh Wa Mafahim Fi Mizan asy-Syari’ah, hal. 72-73]
HUKUM PERNYATAAN TENTANG PERISTIWA-PERISTIWA ZAMAN DULU
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Pertanyaan
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Kami pernah mendengar orang mengatakan bahwa ia mengetahui demikian atau suatu peristiwa 100 juta tahun yang lalu atau 150 juta tahun yang lalu. Bolehkah mereka, atau mungkinkah mereka memperkirakan kejadian-kejadian berbagai peristiwa? Kemudian, apa benar bisa dihitung jarak waktu antara kita dengan Adam Alaihis Salam, apakah bisa dihitung dengan jutaan tahun?
Jawaban.
Ucapan sebagian mereka bahwa telah terjadi suatu peristiwa satu juta tahun yang lalu, atau kurang atau lebih, adalah dugaan yang tidak ada dalilnya. Peristiwa-peristiwa zaman dulu tidak boleh dibicarakan kecuali berdasarkan dalil yang shahih dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya atau khabar yang dapat dipercaya. Tidak ada yang mengetahui masa antara kita dan Adam kecuali Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
"Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. [Al-Isra : 17]
Dalam ayat lain disebutkan.
"Belumkah sampai kepada kamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah." [Ibrahim : 9]
Adapun informasi yang disampaikan oleh berbagai media masa atau berbagai buku tentang sejumlah peninggalan dengan menentukan usianya yang jutaan tahun, hanyalah dugaan yang dibuat-buat tanpa berdasarkan ilmu.
[Kitabud Da’wah, juz 8, hal. 27]
SIKAP KITA TERHADAP PERADABAN BARAT
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah kita mesti menerima peradaban Barat dengan akal yang bersinar-sinar demi untuk merealisasikan kebangkitan besar Islam?
Jawaban.
Sekarang ini, banyak sekali penemuan-penemuan baru yang dimiliki negara-negara Barat, tidak dimiliki kaum Muslimin namun mereka juga memiliki hal-hal negatif yang amat banyak. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa kaum Muslimin tidak boleh mengadopsi semua yang dimiliki Barat ataupun menolak semuanya akan tetapi kewajiban mereka adalah menyeleksi dan meng-ambil hal yang bermanfa'at, sesuai dengan ajaran agama dan petunjuk kitab kita serta meninggalkan apa yang diperingatkan dan dilarang agama kita.
[Silsilah Kitab ad-Da’wah, No.7, Juz.ll, hal. 159]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al Masa’il Al-Ashriyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini,Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]