Kategori Risalah : Keluarga

Bagaimana Semestinya Anda Bergaul Dengan Tetangga Yang Bukan Muslim, Sunni Dan Taat

Kamis, 9 Nopember 2006 05:03:01 WIB

BAGAIMANA SEMESTINYA ANDA BERGAUL DENGAN TETANGGA YANG BUKAN MUSLIM, SUNNI DAN TAAT


Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi




Jika tetanggamu seorang muslim, sunni dan taat, maka wajib bagimu memenuhi seluruh hak-haknya yang telah (kita) lewati penjelasannya.

Adapun [1] jika tetangga tersebut suka berbuat dosa besar, adakalanya dia berbuat secara sembunyi-sembunyi dan menutup pintunya, maka berpalinglah dan jangan pedulikan. Bila mampu menasehati dan memperingatkannya secara rahasia-rahasia, maka ini lebih baik lagi.

Tetapi jika dia terang-terangan dengan perbuatan fasiknya, seperti penarik bea (tukang pungut liar, -ed) atau pelaku riba, maka jauhilah ia dengan cara yang baik.

Begitu pula jika dia sering meninggalkan shalat, maka perintahkanlah dia dengan cara yang baik dan cegahlah dia dari perbuatan mugkar berulang-ulang. Kalau tidak mau menerima, maka jauhilah ia karena Allah. Barangkali dengan cara dijauhi, dia akan kembali dan dapat mengambil manfaat. Tetapi tanpa memutus pembicaraan, salam dan hadiahmu terhadapnya.

Dan jika engkau melihat dia melampui batas dan membangkang serta jauh dari kebaikan, maka berpalinglah darinya dan berusahalah untuk berpindah dari sampingnya [2] bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berlindung dari tetangga yang jelek di daerah tempat tinggal.

Kalau tetangganya seorang dayyuts (suka membiarkan keluarganya melakukan maksiat, ed) atau sedikit rasa cemburunya, atau istrinya tidak berada di atas jalan yang lurus, maka berpindahlah daripadanya. Atau bersungguh-sungguhlah agar mereka tidak mengganggu istrimu. Karena dalam perkara tersebut ada kerusakan yang besar. Dan khawatirlah kamu atas jiwamu yang perlu dikasihani. Jangan kamu masuki rumahnya dan putuskan hubungan kasih sayang sebisa mungkin...

Kalau kamu tidak mau menerima nasehat dariku, barangkali pada dirimu ada hawa nafsu dan rasa tamak. Serta engkau telah terkalahkan oleh nafsumu, anakmu, pembantumu atau saudara perempuannmu.

Dan jika kamu berkeinginan untuk memaksa mereka pindah dari sampingmu, maka lakukan dengan lembut, dengan bujukan dan dengan ancaman.

Kalau tetanggamu seorang Rafidhah atau pelaku kebid'ahan yang besar, jika kamu mampu untuk mendidik dan menunjukinya, maka lakukan semaksimal mungkin.

Jika tidak mampu, maka menghindarlah darinya, janganlah kamu berkasih-sayang dan bersahabat dengannya, serta janganlah kamu menjadi teman dan mitra baginya.

Dan kalau tetanggamu seorang Yahudi atau Nasharani baik di rumah, di pasar atau di kebun, maka bertetanggalah dengan baik [3] dan janganlah kamu mengganggunya.

Adapun orang yang kebiasaannya memenuhi undangan mereka, berteman dengan mereka dan bersikap toleransi terhadap mereka [4], maka sesungguhnya imannya sudah tipis. Karena Allah Ta'ala berfirman.

ا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ

"Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya" [Al-Mujadilah : 22]

Kalau dia disamping sebagai tetangga juga sebagai kerabatmu, atau berhubungan rahim denganmu, maka haknya lebih kuat lagi.

Demikian pula jika salah seorang dari orang tuamu seorang dzimmi (kafir tapi tidak memerangi Islam), maka sesungguhnya bagi kedua orang tua dan hubungan rahim mempunyai hak yang berada di atas hak-hak tetangga. Maka berilah setiap orang yang mempunyai hak sesuai dengan proporsinya.

Begitu pula menjawab salam. Janganlah kamu mendahului salah seorang dari mereka [5] dengan mengucapkan salam. Tetapi jika salah seorang dari mereka mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah dengan 'Wa 'alaykum' (Dan untuk kamu juga) [6].

Adapun ucapan :"Selamat pagi" dan "Selamat sore", maka ini tidak mengapa. Asalkan di dalam menjawab tidak berlebihan dan melampui batas.

Allah Ta'ala berfirman.

فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ

"Artinya : ... maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir" [Al-Maidah : 54]

Maka seorang mukmin harus bersikap tawadhu' terhadap sesama kaum mukminin dan merendahkan diri kepada mereka. Keras kepada orang-orang kafir dan tidak mengaku-aku dirinya sesat kepada mereka, demi mengagungkan kehormatan Islam dan memuliakan agama, tanpa menyakiti mereka. Serta tidak mencintai mereka sebagaimana cintanya kepada seorang muslim.

[Disalin dari buku Etika Bertetangga karya Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid, alih bahasa Arif Mufid MF, bab Bagaimana (semestinya) anda bergaul dengan tetangga yang bukan Muslim, sunni dan Taat, hal. 37 - 41, terbitan Yayasan Al-Madinah - Surakarta]
_______
Footnote.
[1]. Dari sini dinukil secara ringkas dari buku Haqqu al-Jaar (46-49), karya Al-Imam Adz-Dzahabi.
[2]. Berlindung (kepada Allah) Dari Tetangga Yang Jelek.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a. (artinya) : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari tetangga jelek di daerah tempat tinggal. Karena seseungguhnya tetangga orang-orang Badui selalu berpindah-pindah". [Hadits Shahih, telah saya takhrij dalam ta'liq saya terhadap At-Tuhfah An-Nadhiyyah bi Syarh Al-Lamiyyah Al-Wardiyyah (bait : 57) karya Al-Ghazali, dan masih dicetak]
[3]. Dan diperbolehkan menjengungknya tatkala sakit. Adapun tatkala mati maka tida boleh berbela sungkawa. berdasarkan hadits Ali radhiyallahu anhu. tatkala bapaknya -Abu Thalib- meninggal dunia, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda kepadanya : "Artinya : Pergi, dan timbunlah ia". Maka Ali tidak berbela sungakawa. (Diriwayatkan oleh Ahmad (807) dan (759), Abu Dawud (3214) dan Nasa'i (1/110) dari dua jalan dari Ali dengan sanad yang shahih. Lihat Talkhis al-Habir (2/114).
[4]. Seperti mendatangi hari-hari raya mereka dengan mengucapkan selamat hari raya kepada mereka. Hal ini tidak diperbolehkan. Karena dalam perbuatan tersebut tersirat pengakuan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada agama mereka. Dan tidak samar lagi bahwa hari-hari raya mereka adalah bagian dari agama mereka.
[5]. Yaitu orang Yahudi dan Nashrani
[6]. Lihat Silsilah al-Hadits ash-Shahihah (2/324-330)

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin