Kategori Bahasan : Tauhid

Orang Mati Dapat Memberi Manfaat?

Senin, 6 Februari 2006 13:59:58 WIB

ORANG MATI DAPAT MEMBERI MANFAAT ?


Oleh
Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta




Pertanyaan.
Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Sebagian ahli bid'ah yang berdo'a kepada penghuni kubur, berkata : "Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa orang yang telah meninggal dunia tidak bisa memberi manfaat (kepada yang hidup), padahal nabi Musa telah memberi kita manfaat dengan menjadi sebab dispensasi shalat yang tadinya lima puluh kali menjadi lima ?". Bagaimana kita menjawab mereka ?

Jawaban.
Menurut kaidah bahwa orang yang telah meninggal tidak dapat lagi mendengar panggilan siapa saja yang memanggilnya dari orang yang masih hidup, tidak mampu mengabulkan do'a (permohonan) siapapun yang berdo'a (memohon) kepadanya, serta tidak berbicara dengan manusia yang masih hidup, sekalipun yang memanggil itu adalah nabi. Amalan orang yang mati terputus dengan kematiannya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalaupun mereka mendengarnya, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Allah Yang Maha Mengetahui". [Fathir : 13-14]

"Artinya : Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar". [Fathir : 22]

"Artinya : Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru (menyembah) sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan mereka itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka". [Al-Ahqaf : 5-6]

Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Jika seorang insan meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara : Sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo'akannya". [HR Tirmidzi no. 1376 dan Nasa'i no. 3601]

Dikeualikan dari kaidah tersebut, apa saja yang telah tersebut berdasarkan dalil yang shahih, seperti bahwa mayat orang-orang kafir yang dicampakkan ke dalam sumur (Badar) dapat mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam usai peran Badar. Juga, shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para nabi yang lain ketika Isra. Begitu pula pembicaraan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para nabi di langit ketika di-mi'rajkan ke sana, yang di antaranya nasehat nabi Musa kepada nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta pengurangan jumlah shalat yang diwajibkan atasnya dan ummatnya sehari semalam, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali kepada Rabb-nya berulang kali sampai menjadi lima kali shalat dalam sehari semalam.

Semua peristiwa itu termasuk mukjizat dan keluarbiasaan, maka di cukupkan pada apa yang telah disebutkan saja. Yang lain tidak bisa diqiaskan kepadanya selama masih masuk dalam keumuman kaidah diatas, karena tetap berpegang dengan kaidah lebih kuat daripada mengeluarkannya dari kaidah tersebut dengan mengqiaskannya kepada keluarbiasaan,. Karena berqias kepada sesuatu yang dikecualikan dari kaidah adalah terlarang, terutama jika tidak diketahui illah (sebab)nya. Dan illah dalam permasalahan ini tidak diketahui karena termasuk perkara yang ghaib, yang tidak diketahui kecuali melalui ketetapan dari syari'at, dan sepanjang pengetahuan kami tidak ada ketetapan (dari syari'at) dalam perkara ini, oleh karena itu kita wajib berpijak dengan kaidah.

Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya, dan sahabat-shabatnya.

[Fatawa Li Al- Lajnah Ad-Da'imah Fatwa I/112-115 Pertanyaan ke 3 dari fatwa no 2263 Di susun oleh Syaikh Ahmad Abdurrazzak Ad-Duwaisy, Darul Asimah Riyadh. Di salin ulang dari Majalah Fatawa edisi 09/I/ 1424H - 2003M]

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin