Kategori Aktual

Peringatan Terhadap Fitnah Tajrih Dan Tabdi' Sebagian Ahlus Sunnah Di Masa Kini

Jumat, 4 Februari 2005 14:58:55 WIB



Halaman ke-1 dari 2

PERINGATAN TERHADAP FITNAH TAJRIH[1] DAN TABDI’[2] SEBAGIAN AHLUS SUNNAH DI MASA KINI[3]


Oleh :
Al-Allamah al-Muhaddits asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr[4]


Yang semisal dengan bid’ah menguji manusia dengan perseorangan[5] yang terjadi dewasa ini dari sekelompok kecil Ahlus Sunnah yang gemar mentajrih saudara-saudaranya sesama Ahlus Sunnah dan mentabdi’ mereka, sehingga mengakibatkan timbulnya hajr[6], taqathu’[7] dan memutuskan jalan kemanfaatan dari mereka. Tajrih dan tabdi’ tersebut dibangun di atas dugaan suatu hal yang tidak bid’ah namun dianggap bid’ah.

Sebagai contohnya adalah dua syaikh kita yang mulia, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Bazz dan Syaikh Ibnu Utsaimin, semoga Allah merahmati mereka berdua, telah menfatwakan bolehnya memasuki suatu jama’ah (semacam yayasan khairiyah pent.) dalam beberapa perkara yang mereka pandang dapat mendatangkan kemaslahatan dengan memasukinya. Dari mereka yang tidak menyukai fatwa ini adalah kelompok kecil tadi dan mereka mencemarkan jama’ah tersebut. Permasalahannya tidak hanya berhenti sebatas ini saja, bahkan mereka menyebarkan aib (menyalahkan) siapa saja yang bekerja sama dengan memberikan ceramah pada jama’ah tersebut dan mereka sifati sebagai mumayi’[8] terhadap manhaj salaf, walaupun kedua syaikh yang mulia tadi pernah memberikan ceramah pada jama’ah ini via telepon.

Perkara ini juga meluas sampai kepada munculnya tahdzir (peringatan) untuk menghadiri pelajaran (durus) seseorang dikarenakan orang tersebut tidak berbicara tentang fulan dan fulan atau jama’ah fulani. Yang mempelopori hal ini adalah salah seorang muridku[9] di Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah, yang lulus pada tahun 1395-1396H. Dia meraih peringkat ke-104 dari jumlah lulusan yang mencapai 119 orang. Dia tidaklah dikenal sebagai orang yang menyibukkan diri dengan ilmu, dan tidak pula aku mengetahuinya memiliki pelajaran-pelajaran ilmiah yang terekam, tidak pula tulisan-tulisan ilmiah, kecil ataupun besar.

Modal ilmunya yang terbesar adalah tajrih, tabdi’ dan tahdzir terhadap mayoritas Ahlus Sunnah, padahal si Jarih[10] ini ini tidaklah dapat menjangkau mata kaki orang-orang yang dicelanya dari sisi banyaknya kemanfaatan pada pelajaran-pelajaran, ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan mereka.

Keanehan ini tidak berakhir sampai di situ bahkan jika seorang yang berakal mendengarkan sebuah kaset yang berisi rekaman percakapan telepon yang panjang antara Madinah dan Aljazair[11]. Di dalam kaset ini, fihak yang ditanya ‘memakan daging’ mayoritas ahlu Sunnah, dan di dalamnya pula si penanya memboroskan hartanya tanpa hak. Orang-orang yang ditanyainya mencapai hampir 30-an orang pada kaset ini, diantara mereka (yang ditanyakan) adalah Wazir (menteri), pembesar dan orang biasa, juga di dalamnya ada sekelompok kecil yang tidak merasa disusahkan (yang tidak dicela karena termasuk kelompok kecil tersebut, pent.). Yang selamat adalah orang-orang yang tidak ditanyakan di dalamnya, namun mereka-mereka yang selamat dari kaset ini sebagiannya tidak selamat dari kaset-kaset lainnya[12]. Penyebaran utamanya adalah dari situs-situs informasi internet[13].

[Dialihbahasakan oleh Abu Salma dari kutaib al-Hatstsu ‘alat-tib`is Sunnah wa tahdziiri minal Bida’i wa Bayaanu Khatharaha, editor dan muraja'ah Ust. Abu Abdurrahman Thayyib, Lc dengan beberapa tambahan footnote dari beberapa sumber. Dan disebarkan oleh Lajnah Dakwah wa Ta’lim FSMS (Forum Silaturrahim Mahasiswa as-Sunnah) Surabaya]
_________
Foote Note
[1] Mencela atau menerangkan aib seseorang yang dapat menjatuhkan kredibillitas (keadilan) seseorang.

[2] Membid’ahkan atau menghukumi seseorang sebagai mubtadi’ (Ahlul Bid’ah)

[3] Ini adalah petikan pasal terakhir dari kutaib Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad –hafidhahullahu- yang berjudul al-Hatstsu ‘alat-tiba`is Sunnah wa tahdziiri minal Bida’i wa Bayaanu Khatharihi. Risalah ini adalah risalah yang paling akhir yang beliau tulis setelah risalah Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah yang dikritisi oleh sebagian masyaikh (sekelompok kecil menurut istilah beliau). Sebagaimana dalam risalah Rifqon, beliau membahas kaidah-kaidah dasar terlebih dahulu beserta dalil-dalilnya, baru kemudian beliau masuk ke inti pembahasan tanpa berdalam-dalam mengupasnya. Bahkan beliau dalam mengkritik sesama ahlus sunnah, beliau lakukan dengan lemah lembut dan tanpa menyebutkan orangnya, namun hanya mengisyaratkan saja. Hal ini menunjukkan bagaimana halus dan lembutnya syaikh dalam menasehati dengan harapan orang yang dinasehati tersebut akan kembali. Bukan dengan cara-cara mencela dan membongkar aibnya sehingga menjadikan orang yang dinasehati semakin lari menjauh dari nasihatnya.

Dalam risalah ini syaikh menjelaskan terlebih dahulu tentang sifat-sifat syariat, kekekalan, keuniversalitasan dan kesempurnaannya. Kemudian syaikh menjelaskan definisi Sunnah dan Bid’ah dengan menyertakan dalil-dalilnya, beliau terangkan dengan gamblang tentang bahaya bid’ah dan kewajiban mentahdzirnya sembari beliau bantah pemahaman yang menyatakan adanya bid’ah hasanah. Beliau juga menerangkan perbedaan antara Mashlahah Mursalah dan menyatakannya bukan sebagai bentuk bid’ah. Beliau menjelaskan pula tentang kewajiban berpegang dengan sunnah baik ushul maupun furu’nya, lengkap dengan dalil dan penukilan-penukilan ucapan ulama salaf. Sebelum menjelaskan tentang bahaya fitnah tajrih (mencela) dan tabdi’ (membid’ahkan), syaikh menerangkan diantara jenis bid’ah yang sering dilalaikan ummat, yaitu bid’ah menguji manusia dengan perseorangan, yang kebanyakan beliau nukil dari ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

[4] Beliau adalah al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara’ asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-‘Abbad al-Badr –semoga Allah memelihara beliau dan memperpanjang usia beliau dalam ketaatan kepada-Nya dan memberkahi amal dan lisan beliau-, dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah Azza wa Jalla.

Beliau lahir di ‘Zulfa’ (300 km dari utara Riyadh) pada 3 Ramadhan tahun 1353H. Beliau adalah salah seorang pengajar di Masjid Nabawi yang mengajarkan kitab-kitab hadits seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan saat ini beliau masih memberikan pelajaran Sunan Turmudzi. Beliau adalah seorang ‘Alim Robbaniy dan pernah menjabat sebagai wakil mudir (rektor) Universitas Islam Madinah yang waktu itu rektornya adalah al-Imam Abdul Aziz bin Bazz –rahimahullahu-.

Beliau sangat dekat dengan al-Imam al-Allamah Abdul Aziz bin Bazz –rahimahullahu-, bahkan karena kedekatan beliau dengan al-Imam, ketika Imam Bin Bazz tidak ada (tidak hadir) maka Syaikh Abdul Muhsinlah yang menggantikan beliau, sehingga tak heran jika ada yang mengatakan bahwa Universitas Islam Madinah dulu adalah Universitasnya Bin Bazz dan Abdul Muhsin.

Semenjak kecil beliau telah biasa berkutat dengan ilmu, sehingga ketika beliau telah menginjak dewasa, tampak pada beliau perangai dan skill sebagai seorang muhadits yang ulung, yang sering dirujuk oleh masyaikh dan thullabul ilmi lainnya. Kedekatan beliau dengan masyaikh kibar telah mengukir keilmuan beliau hingga saat ini, dimana usia beliau saat ini kurang lebih 73 tahun dan beliau masih sanggup untuk memberikan muhadharah dan nasihat dan menyampaikan pelajaran hadits (terutama Sunan Abi Dawud) baik riwayah maupun dirayah. Beliau juga masih menjadi dosen di Universitas Islam Madinah dengan izin khusus kerajaan yang mana hal ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam berdakwah dan menuntun ummat ke jalan yang lurus dan benar.

Diantara guru-guru beliau adalah :

al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim –rahimahullahu-
al-Allamah Abdullah bin Abdurrahman al-Ghaits –rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithy –rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdurrahman al-Afriqy –rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdur Razaq Afifi –rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Umar Falatah –rahimahullahu-
dan masih banyak lagi. Yang disebutkan di atas adalah guru-guru beliau yang paling mempengaruhi diri beliau.

Beliau memiliki banyak karangan dan rekaman kaset-kaset ilmiah yang melimpah, diantara karya tulisnya adalah :

- ‘Isyruuna Hadiitsan min Hadiitsil Bukhaariy
- ‘Isyruuna Hadiitsan min Shohihil Imam Muslim
- Min Akhlaaqi Rasulil Kariim
- Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah fish Shahabatil Kiram
- Fadhlu Ahlil Bait wa Uluwwu Makanatihim ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah
- Aqidah Ahlus Sunnah wal Atsar fil Mahdi al-Muntazhar
- Ar-Raddu ‘ala ar-Rifa’iy wal Buthy
- Al-Intisharu lishahaabati al-Akhyar fi raddi abathil Hasan al-Maliki
- Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullahu namuwdzaj minar Ra’iylil Awwal
- Asy-Syaikh Umar bin Abdirrahman Falatah wa kaifa araftuhu
- Al-Ikhlash wal Ihsan wal Iltizaamu bisy-Syari’ah
- Fadhlul Madinah wa Aadabu Sukkanaha wa Ziyarotiha
- Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah
- Bi ayyi aqlin yakunu tadmir wa tafjir jihaadan
- Fathu Qowiy al-Matin Syarh Arba’in Nawawi
- Syarh Hadits Jibril fi ta’limis dien
- Kaifa Nastafiidu min Sunnati Nabawiyah

Dan masih banyak lainnya. Beliau juga memiliki banyak kaset-kaset ceramah yang terekam, diantaranya adalah :

- Syarh Mukhtashor Alfiyyah as-Suyuthi (57 Kaset)
- Al-Qirwaniyyah (14 Kaset)
- Syarh Shahih al-Bukhary (623 kaset dan belum selesai)
- Sunan an-Nasa`iy (414 kaset)
- Sunan Abi Dawud (272 kaset/3 CD)
- Kitabush Shiyam min Lu’lu’ wal Marjan (7 kaset)
- Aadabul Masyi ilash Sholah (14 kaset)

Dan masih banyak lainnya lagi. Ilmu dan waktu beliau benar-benar berkah, apalagi di usia beliau yang lebih dari tujuh puluh, beliau masih sempat dan sanggup memberikan nasehat beliau bagi generasi muda salafiyin.

Beliau memiliki putra yang juga ‘alim yang bernama Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad, yang produktif dan cemerlang. Beliau memiliki banyak murid, diantaranya adalah :

Syaikh al-Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhaly
Syaikh al-Allamah Ubaid al-Jabiry
Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani al-Jazairy
Syaikh al-Allamah Sulaiman ar-Ruhaily
Syaikh al-Allamah Ibrahim ar-Ruhaily
Dan masih banyak lagi.

Tidak diragukan lagi, beliau adalah ‘Alim Robbaniy saat ini yang dianggap paling senior. Namun, sungguh tak beradab, tatkala Syaikh al-‘Alim ini dicerca bahkan direndahkan oleh sebagian manusia-manusia yang tak tahu diri yang masih ingusan namun merasa sok alim. Mereka merendahkan dan menjatuhkan kewibawaan Syaikh dengan menyatakan bahwa Syaikh Abdul Muhsin bermanhaj tamyi’ (lunak terhadap ahlul bid’ah) atau tidak faham realita saat ini (tuduhan ini seperti pendapatnya sururiyin yang menyatakan ulama tak faham waqi’/realita) tentang beberapa perkara fitnah dimana Syaikh Abdul Muhsin memiliki sikap yang berseberangan dengan beberapa masyaikh.

Mereka, para pemuda ingusan yang ghuluw tersebut, dengan kedangkalan ilmunya dan dibakar oleh semangat jahiliyahnya, berani mencela risalah Syaikh yang berjudul Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, dan mereka mengutip perkataan beberapa masyaikh kiram (yang mulia) tentang dilarangnya menyebarkan risalah ini. Wallahul musta’an.

Fal hamdulillah, Syaikh yang mulia ini bangkit dan mengklarifikasi isi risalahnya terdahulu dari para pengkritik, bahkan beliau mentahdzir salah seorang murid beliau yang menurut beliau sudah berlebihan dalam bersikap. Maka, risalah al-Hatstsu ‘ala ittiba`is Sunnah wa tahdzir minal bida’ wa bayaanu khatharaha ini muncul dan beredar, menunjukkan kekokohan manhaj Syaikh yang diperpeganginya sebagaimana manhajnya guru-guru beliau terdahulu.

[5] Bid’ah menguji manusia dengan perseorangan maksudnya adalah jika ada seseorang yang ditahdzir, maka kita harus turut mentahdzirnya. Jika kita tidak mentahdzirnya maka kita juga ditahdzir.

[6] Pemboikotan atau Isolir.

[7] Saling memutus hubungan.

[8] Orang yang bermanhaj lunak terhadap Ahlul Bid’ah.

[9] Yang beliau maksudkan di sini adalah Syaikh Falih bin Nafi’ al-Harby –wafaqohullahu-, sebagaimana telah maklum di kalangan Mahasiswa Islam Madinah tatkala Syaikh Abdul Muhsin memberikan ceramah dan menjabarkan isi kutaibnya ini. Hal ini diperkuat dengan munculnya tahdzir dari dua Masyaikh Yordan, yakni Syaikh Muhammad Musa Nashr dan Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly –hafidhahumallahu-, kepada Syaikh Falih bin Nafi’ yang dimuat di dalam situs Muntada al-Albany, www.almenhaj.com, yang menukil ucapan Syaikh di atas.

[10] Pencela atau orang yang gemar mencela.

[11] Transkrip kaset ini telah disebarkan ke situs www.sahab.net dan www.anasalafi.net, yang dikumpulkan dan ditranskrip oleh Abu Adunah Ied al-Jazairi dengan judul Rudud wa Masa`il fil Jarh wa Ta’dil. Kami memiliki kopian transkrip ini dan beberapa transkrip dari kaset-kaset Syaikh Falih –wafaqohullahu- lainnya yang isinya tahdzir dan tajrih kepada mayoritas Ulama Ahlus Sunnah, seperti Syaikh Abubakar Jabir al-Jazairi dikatakan jahil, Syaikh Muhammad Jamil Zainu dikatakan bukan ulama dan tak dapat membedakan antara salafi dan hizbi, syaikh Musa Nashr dan Husain al-Awaisyah dikatakan di atas manhaj kaum hizbiyun, Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin dikatakan tamyi’ sebagaimana manhajnya Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani yang juga beliau tuduh tamyi’, dan masih banyak lagi. Kami mendapatkan URL transkrip ini dari seorang Mahasiswa ITS thuwailib fanatikus mantan Laskar Jihad yang ingin menunjukkan bahwa Masyaikh Yordania telah ditahdzir sehingga tidak perlu berpegang dengan pendapat mereka. Allahul Musta’an!!!

[12] Dalam kaset-kaset dan kesempatan lainnya, berpuluh-puluh masyaikh salafiyin tidak selamat dari tajrih dan bahkan tabdi’ beliau. Oleh karena itu Syaikh Ubaid al-Jabiri pernah mengeluarkan maklumat di penghujung tahun 1424 yang isinya mengklarifikasi tabdi’ Syaikh Falih kepada beberapa masyaikh salafiyin seperti Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili, Sulaiman ar-Ruhaili, dan lain-lain. Terakhir, beberapa Syaikh Kibar seperti Syaikh al-Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkholy dan Syaikh Ahmad Yahya an-Najmi membantah dan menasehati Syaikh Falih bin Nafi’ al-Harby. Jika antum buka situs www.rabee.net akan antum jumpai artikel-artikel bantahan dan nasehat kepada Syaikh Falih bin Nafi’ oleh Fadhilatus Syaikh Rabi’ bin Hadi –hafidhahullahu-. Semoga Allah memberkahi para ulama kita yang saling menasehati dalam rangka menetapi kebenaran dan kesabaran.

[13] Penyebaran utamanya adalah syabakah sahab.net dan anasalafi.net. Al-Allamah asy-Syaikh DR. Rabi’ bin Hadi al-Madkholi telah memberikan nasehat yang cukup pedas kepada webmaster syabakah www.anasalafi.net untuk memperhatikan ushlub dakwahnya. Beliau juga menasehatkan bagi www.sahab.net dan situs-situs salafiy lainnya untuk memperhatikan risalah-risalah yang akan dimuat lebih cermat tentang maslahat dan madharatnya, dan beliau juga menasehatkan supaya tidak memasukkan artikel-artikel dari orang-orang yang (tidak dikenal) dan hanya menggunakan kunyah. Semoga Allah memberkahi ilmu Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkholy –Hafidhahullahu-.


1 2  next

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin