Kategori Risalah : Tazkiyah Nufus

Merealisasikan Makna Ibadah

Selasa, 27 April 2010 13:56:49 WIB

Ibadah ialah ungkapan yang mencakup segala apa yang dicintai Allah dan diridhaiNya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, batin maupun lahir. Shalat, zakat, shiyam (puasa), haji, benar dalam berkata, menunaikan amanat, berbuat baik kepada dua orang tua, memenuhi janji, amar ma'ruf-nahi mungkar, jihad melawan orang-orang kafir serta orang-orang munafik, berbuat kebajikan kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang tengah dalam perjalanan), dan kepada harta milik; baik berbentuk manusia maupun hewan ternak, juga berdoa, berdzikir, membaca al Qur`an dan kegiatan-kegiatan lain yang semisal, adalah termasuk ibadah. Begitu juga mencintai Allah dan RasulNya, takut kepada Allah, kembali kepadaNya, mengikhlaskan agama hanya kepadaNya, sabar menerima hukumNya, bersyukur terhadap nikmat-nikmatNya, ridha terhadap ketetapan taqdirNya, tawakal, mengharap-harap rahmatNya, takut terhadap adzabNya, dan hal-hal lain yang sejenis, adalah termasuk ibadah. Yang demikian itu karena ibadah kepada Allah merupakan tujuan yang dicintai dan diridhai olehNya. Untuk maksud itulah Allah menciptakan makhluk.

Bahagia Dengan Husnul Khatimah Sengsara Dengan Su'ul Khatimah

Jumat, 9 April 2010 13:51:05 WIB

Husnul khatimah adalah akhirnya yang baik. Yaitu seorang hamba, sebelum meninggal, ia diberi taufiq untuk menjauhi semua yang dapat menyebakan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia bertaubat dari dosa dan maksiat, serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik, hingga akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini. Dalil yang menunjukan makna ini, yaitu hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” Husnul khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada yang diketahui oleh hamba yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui orang lain. Tanda husnul khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerahNya. Su’ul khatimah (akhir yang buruk) adalah, meninggal dalam keadaan berpaling dari Allah Azza wa Jalla, berada di atas murkaNya serta meninggalkan kewajiban dari Allah. Tidak diragukan lagi, demikian ini akhir kehidupan yang menyedihkan, selalu dikhawatirkan oleh orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjauhkan kita darinya.

Musuh-Musuh Manusia

Minggu, 14 Februari 2010 15:53:10 WIB

Kita memahami, bahwa Allah Azza wa Jalla menciptakan fitrah atas diri manusia, yaitu bisa mengetahui dan mengenal kebenaran, serta menjauhi dan menghindari kebathilan. Akan tetapi, meskipun fithrah manusia itu sudah disiapkan dan memiliki kemampuan untuk mengetahui yang haq dan yang bathil, namun bukan berarti untuk mengamalkan al haq ataupun menghindari yang bathil itu mudah. Ada rintangan dan hambatan yang menjadi ujian. Ada musuh yang selalu menghalangi dari jalan al haq. Dan sebaliknya ada musuh yang selalu berusaha membimbing ke arah yang bathil. Musuh-musuh ini memberikan gambaran tentang kebenaran dan kebathilan. Al haq, yang semestinya indah, menjanjikan kebaikan dan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, digambarkan oleh musuh manusia sebagai sesuatu yang menakutkan dan menyusahkan. Sebaliknya yang bathil, yang mestinya menjijikkan dan berujung pada penderitaan, digambarkan oleh musuh manusia sebagai keindahan nan menyenangkan. Akhirnya banyak orang yang terpedaya, meninggalkan jalan yang benar dan mengikuti jalan yang bathil, iyadzan billah.

Cara Mewujudkan Ibadah

Jumat, 12 Februari 2010 16:39:28 WIB

Ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah! Jika engkau konsisten beribadah kepada Allah dan engkau masukkan dirimu ke dalam peribadatan kepadanya, maka Dia Azza wa Jalla akan membantumu. Jadi masuknya dirimu ke dalam pengabdian kepada Allah merupakan sebab untuk mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semakin sempurna peribadatan seorang hamba, maka semakin besar pula ia mendapatkan pertolongan dari Allah Azza wa Jalla. Beribadah kepada Allah diapit oleh dua jenis pertolongan, yaitu pertolongan sebelum melakukannya, yakni untuk teguh menjalankan peribadatan terkait; dan pertolongan kedua, yakni untuk istiqamah menjalankan peribadatan terkait serta menjalankan peribadatan lainnya. Demikianlah seterusnya, selama engkau menjadi hamba Allah Azza wa Jalla. Orang yang menghayati kedudukan ini, niscaya ia akan mendapati bahwa do’a yang diajarkan Nabi di atas merupakan do’a paling bermanfaat. Bahkan merupakan inti do’a yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Itulah yang dimaksudkan Allah dalam Al Fatihah. "Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan".

Gerbang Hidayah

Kamis, 4 Februari 2010 16:01:49 WIB

Ada seorang parewa yang telah banyak melakukan dosa. Salah satunya, dia telah membunuh banyak orang, hingga 99 orang. Tiba-tiba rasa kerinduan kepada kebenaran menghentaknya. Lalu pergilah ia bertanya kepada orang-orang, apakah ada yang bisa mencarikan jalan keluar terhadap permasalahan yang ia punyai. Orang-orang menunjukkannya kepada seorang ahli ibadah. Setelah bertemu dengan orang yang yang ditunjukkannya tersebut, ia pun menanyakan tentang dosa yang telah ia lakukan, yaitu membunuh 99 orang. Apakah bagi dirinya masih terbuka pintu taubat dan hidayah? Ternyata, orang yang ditanya menjawab : "Tidak," mendengar jawaban tersebut, parewa ini serasa marah, hingga dibunuhlah seorang ahli ibadah yang ditanya ini. Menjadi lengkaplah ia membunuh 100 orang. Sekalipun ia mengulangi dosa yang telah lalu, tetapi ternyata tidak membuatnya putus asa. Kemudian, parewa ini pun kembali mencari seseorang yang bisa memberikan jawaban terhadap masalah yang menghantui pikirannya. Dia pun bertemu dengan seorang ahli ilmu. Bertanyalah ia : "Saya telah membunuh 100 orang. Yang terakhir saya bunuh bukanlah orang sembarangan. Dia ahli ibadah, yang mungkin di mata Allah jauh lebih mulia dari 99 orang yang telah saya bunuh sebelumnya. Apakah pintu taubat masih terbuka bagi saya?”.

Tidak Sepantasnya Manusia Menyombongkan Diri

Jumat, 29 Januari 2010 23:00:45 WIB

Kesombongan (takabbur) atau dikenal dalam bahasa syariat dengan sebutan al-kibr yaitu melihat diri sendiri lebih besar dari yang lain. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina, rendah dan lain sebagainya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia". Inilah yang membedakan takabbur dari sifat ‘ujub (membanggakan diri, silau dengan diri sendiri). Sifat ‘ujub, hanya membanggakan diri tanpa meremehkan orang. Sedangkan takabbur, disamping membanggakan diri juga meremehkan orang. Sebab-sebab kesombongan, antara lain: ‘Ujub (membanggakan diri). Ketahuilah wahai hamba yang bertawadhu’ –semoga Allah lebih meninggikan derajat bagimu-, bahwa manusia tidak akan takabbur kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan diri) terhadap dirinya, dan dia memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub ini muncul kesombongan. Dan ‘ujub merupakan perkara yang membinasakan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.

First  Prev  1  2  3  4  5  6  7  Next  Last

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du. Website almanhaj.or.id adalah sebuah media dakwah sangat ringkas dan sederhana, yang diupayakan untuk ikut serta dalam tasfiyah (membersihkan) umat dari syirik, bid'ah, serta gerakan pemikiran yang merusak ajaran Islam dan tarbiyah (mendidik) kaum muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni dan mengajak mereka kepada pola pikir ilmiah berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Kebenaran dan kebaikan yang anda dapatkan dari website ini datangnya dari Allah Ta'ala, adapun yang berupa kesalahan datangnya dari syaithan, dan kami berlepas diri dari kesalahan tersebut ketika kami masih hidup ataupun ketika sudah mati. Semua tulisan atau kitab selain Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahihah dan maqbul, mempunyai celah untuk dikritik, disalahkan dan dibenarkan. Barangsiapa yang melihat adanya kesalahan hendaknya meluruskannya. Hati kami lapang dan telinga kami mendengar serta bersedia menerima. Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih. Jazaakumullahu khairan almanhaj.or.id Abu Harits Abdillah - Redaktur Abu Khaulah al-Palimbani - Web Admin